Yokohama, Sebuah Pertemuan

Edisi: 05/46 / Tanggal : 2017-04-02 / Halaman : 50 / Rubrik : LAY / Penulis : Seno Joko Suyono , ,


YOKOHAMA, kota pelabuhan di Jepang, sejak 2005 menggelar pertemuan seni penting. Setiap tahun, berbagai profesional dalam bidang seni pertunjukan, dari produser, direktur festival, sutradara, sampai dramaturg, berkumpul. Karya-karya utama disajikan. Para seniman diberi fasilitas bertemu dengan berbagai pengelola festival untuk membahas kemungkinan kerja sama.

Mulanya pergelaran ini bernama Tokyo Performing Art Market (TPAM), tapi pada 2011 berganti menjadi Tokyo Performing Art Meeting. Setelah berlokasi tetap di Yokohama, acara ini disebut Performing Arts Meeting in Yokohama. Kendati demikian, sebutannya masih TPAM. Tempo ikut meliput TPAM 2017 pada pertengahan Februari lalu. Apa saja pertunjukan yang menarik?

"Lukisan-lukisan Vermeer ini nanti akan dikembalikan setelah perang di Eropa selesai."

"Galeri ini terlalu kecil untuk menampung limpahan lukisan dari Eropa. Manajemen di sini kewalahan mengurusinya."

SETIAP Kamis, Museum Seni Rupa Yokohama, Jepang, tutup untuk pengunjung. Begitu juga Kamis, 16 Februari lalu. Yang menjadikannya berbeda, Kamis itu sebuah pertunjukan teater digelar di lobi museum. Berjudul Taipei Notes, karya ini disutradarai oleh Oriza Hirata, sutradara terkenal Jepang. Taipei Notes adalah adaptasi Hirata atas karyanya yang sudah diterjemahkan ke 15 bahasa: Tokyo Notes. Karya ini pada 1994 memperoleh penghargaan prestisius, Kishida Kunio Drama Award.

Oriza Hirata dikenal sebagai pencetus gerakan post-realism. Ini gerakan teater yang hendak mengembalikan akting senatural mungkin. Hirata mendidik para aktornya tampil di panggung dengan gaya percakapan biasa sehari-hari. Ia menghindari ekspresi dan emosi berlebihan sebagaimana kelompok teater realis pada umumnya.

Tokyo Notes berkisah tentang Tokyo tahun 2024. Pada saat itu terjadi perang besar di Eropa. Museum-museum Eropa berusaha melakukan evakuasi besar-besaran sejumlah lukisan maestro koleksi mereka. Salah satu lokasi yang dituju adalah Jepang, yang dianggap aman sebagai tempat penampungan sementara. Galeri dalam naskah Tokyo Notes dikisahkan mendapat kiriman karya maestro pelukis Belanda abad ke-17, Johannes Vermeer (1632-1675).

Naskah itu diadaptasi lokasinya ke Taipei, Taiwan, tahun 2024. Pertunjukan ini dimainkan oleh 20 aktor Taiwan. Oriza Hirata bekerja sama dengan Voleur du Feu Theatre, kelompok teater Taiwan, dengan produser Hsieh Tung-Ning. Aktornya diseleksi dari 250 pelamar oleh Voleur du feu Theatre. Seluruh dialog menggunakan bahasa Taiwan. Penonton bisa mengikuti pementasan lewat transliterasi bahasa Inggris di layar.

Dalam versi Taiwan, galeri itu dikelola oleh seorang kurator perempuan asal Jepang yang telah tinggal selama 10 tahun di Taipei. Pertunjukan ini terasa kontekstual karena diadakan di sebuah lokasi museum seni rupa. Seolah-olah di museum itu memang tengah dipamerkan lukisan Vermeer. Di tempat penjualan tiket di depan lobi dipajang katalog dengan sampul terkenal lukisan Vermeer: Girl with a Pearl Earring.

"Sekarang ini hanya 36 lukisan Vermeer yang tersisa di Eropa. Enam atau tujuh dibawa ke sini."

"Apakah benar Vermeer memiliki 11 anak?"

Para aktor menampilkan percakapan pengunjung yang hilir-mudik di lobi sebuah museum. Sepanjang pertunjukan, dialog sebagaimana adanya, seperti omongan pengunjung betulan. Percakapan tidak melulu membicarakan yang serius, tapi lebih pada obrolan selintas, dialog kecil yang sesekali membahas pameran. Misalnya mengapa Vermeer suka menggambar orang dengan posisi melihat jendela.

Menonton pertunjukan ini seperti menyaksikan percakapan ngalor-ngidul orang biasa yang memang barusan keluar dari melihat pameran atau menunggu masuk ke ruang pameran. Wajar, tidak ada ucapan dengan vokal keras atau "didrama-dramakan". Sekali ada adegan berbicara keras atau tertawa terbahak-bahak, sebagaimana dalam kenyataan sehari-hari, para "pengunjung" lain langsung menoleh. Kadang mereka berbicara bareng satu sama lain setengah berbisik. Ada yang diam saja membolak-balik katalog. Lalu beberapa dari mereka berfoto dengan kamera saku. Ke-20 aktor yang memerankan berbagai pengunjung itu keluar-masuk mengalir enak. Sangat alamiah.

l l l

"SETELAH membuat Taipei Notes, Oriza Hirata akan membuat Bangkok Notes, berkolaborasi dengan aktor teater Thailand," kata Kazumi Inami, Direktur Seni dan Kebudayaan Japan Foundation Asia Center, Tokyo. Japan Foundation, yang mendanai kolaborasi Hirata-kelompok teater Taiwan, tampaknya akan mendanai proyek selanjutnya. Dalam Bangkok Notes, para aktor nanti menggunakan bahasa Thailand.

Sesungguhnya Tokyo Notes pernah dipentaskan di GoetheHaus Jakarta atas prakarsa Japan Foundation Jakarta pada 2006. Karya itu dimainkan oleh Teater Seinendan, milik Oriza Hirata. Entah apakah Hirata berpikiran membuat Jakarta Notes dengan materi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…