Basuki Tak Mampir Di Kebagusan

Edisi: 09/46 / Tanggal : 2017-04-30 / Halaman : 40 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Anton Septian, Larissa Huda,


MEGAWATI Soekarnoputri duduk membelakangi layar berukuran 2 x 2,5 meter yang menampilkan hitung cepat pemilihan Gubernur DKI Jakarta oleh lembaga survei Charta Politika. Ia tak sekali pun melirik layar yang membentang di beranda rumahnya di Kebagusan, Jakarta Selatan, itu.

Kepada orang-orang dekat yang mengitarinya, ia mengeluhkan derasnya isu suku dan agama yang ditimpakan kepada pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat. "Banyak intimidasi agar memilih pemimpin muslim," kata Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.

Di depan layar, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto berdiri mematung. Ia menatap persentase suara yang terus berubah. Pukul setengah dua siang pada Rabu pekan lalu itu, pencoblosan di seantero Jakarta telah beres. Hasil penghitungan dari tempat pemungutan suara belum menyentuh dua digit. Tapi perolehan calon yang diusung PDIP, Basuki-Djarot, terpaut jauh dari lawannya, Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Hasto merogoh telepon seluler dari sakunya. Sambil berbicara dengan telepon itu, ia mondar-mandir dari beranda ke pekarangan. Di ambang teras, seorang pria berkemeja kotak-kotak memotong langkahnya. "Ngelu aku lihat angkanya," ujar pria itu sembari menuding layar. Hasto, yang sudah menutup teleponnya, cuma berkumut. Ia tak kembali ke tempat semula, tapi mengenyakkan diri di kursi dekat layar.

Dari tujuh meja bundar di beranda, hanya lima yang diduduki tetamu. Berkemeja kotak-kotak, mereka adalah pengurus PDIP serta simpatisan Basuki-Djarot, yang jumlahnya tak sampai 30 orang. Selain Hasto, pengurus partai yang tampak di antaranya Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Eriko Sotarduga.

Prananda Prabowo, putra Megawati yang juga salah seorang Ketua PDIP, duduk terpisah meja dari ibunya. Puan Maharani, anak bungsu Megawati, berada di sana sebelum penghitungan suara. Ia meninggalkan Kebagusan sekitar pukul 13.00 dan tak terlihat lagi hingga sore.

Jumlah tamu tak banyak bertambah hingga pukul 15.00. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari PDIP, Herman Herry, salah seorang yang datang belakangan. Ia segera bercakap-cakap dengan Hasto. Di meja prasmanan,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…