Kudeta Para Murid
Edisi: 12/46 / Tanggal : 2017-05-21 / Halaman : 34 / Rubrik : NAS / Penulis : Anton Septian, Sidik Permana ,
DALAM ingatan Muhammad Mustofa, Abdurrahman al-Baghdadi sudah ia anggap sebagai kakak. Demikian sayangnya, ia kerap menghaluskan ucapan Abdurrahman dalam bahasa Inggris ke bahasa Indonesia saat mengenalkan Hizbut Tahrir kepada peserta pengajian agar laki-laki dari Australia itu tak tersandung masalah. "Terjemahannya saya perlunak," kata Mustofa, Jumat pekan lalu.
Itu tahun 1982. Abdurrahman baru tiba di Indonesia dari Sydney. Pemuda 25 tahun itu datang ke Bogor, Jawa Barat, bersama ayah Mustofa, Abdullah bin Nuh, pengasuh Pondok Pesantren Al-Ghazali yang juga dosen Universitas Indonesia. Semula Abdullah melawat ke Australia untuk menemui salah seorang putranya yang tinggal di sana.
Di Australia, Abdullah sempat menginap di rumah orang tua Abdurrahman al-Baghdadi, imigran asal Libanon, yang merupakan sahabat lamanya. Ketika hendak pulang ke Indonesia, Abdurrahman ingin ikut. "Padahal saat itu Al-Baghdadi sudah bekerja di rumah potong hewan halal," kata Mustofa. "Dia juga tidak tahu akan bekerja apa di Indonesia."
Abdullah tak keberatan. Apalagi pengetahuan agama Abdurrahman juga bagus. Abdurrahman sudah akrab dengan pemikiran-pemikiran Hizbut Tahrir sejak berumur 15 tahun. Keluarganya adalah anggota Hizbut Tahrir di Libanon. Mereka pindah ke Australia dan menjadi warga negara tersebut.
Di Bogor, Abdurrahman tinggal di Pesantren Al-Ghazali…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?