Jejak Purba Di Gua Sangkulirang-mangkalihat
Edisi: 12/46 / Tanggal : 2017-05-21 / Halaman : 50 / Rubrik : IMZ / Penulis : Sapri Maulana, ,
Sinar matahari terasa menyengat ketika Tempo tiba di mulut Gua Tewet di kaki Gunung Gergaji, Kalimantan Timur, pertengahan April lalu. Siang itu, sinar matahari cukup menerangi ruangan gua. Setelah berjalan sepuluh langkah masuk ke gua, tepat di dinding cadas setinggi sekitar 4,8 meter, tampak gambar telapak tangan berwarna merah kehitaman. Ukurannya hampir sama dengan telapak tangan manusia pada umumnya, panjangnya sekitar 20 sentimeter dan lebar kira-kira 13 sentimeter. Berjalan menanjak ke sekitar dua meter lagi, jumlah gambar telapak tangan semakin banyak di dinding-dinding gua yang jaraknya hanya beberapa sentimeter di atas kepala.
Pada dinding-dinding ruangan Gua Tewet seluas sekitar 137,76 meter persegi itu terdapat lebih dari 50 gambar cadas purba yang kondisinya masih bagus. Sebagian besar berupa gambar telapak tangan dan binatang menyerupai rusa. Keberadaan gambar cadas di gua yang berada di Gunung Gergaji itu sebetulnya sudah diketahui penduduk setempat puluhan tahun silam. Namun hal itu baru terekspos ke publik pada sekitar 1994, ketika serombongan peneliti dari dalam dan luar negeri yang didampingi Pindi Setiawan, peneliti gambar cadas dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung, tertarik menelitinya.
Dari para peneliti itulah warga mengetahui bahwa gua-gua yang kerap mereka jadikan tempat persinggahan saat mencari sarang burung walet tersebut menyimpan karya seni manusia purba. "Dulu, kami warga di sini tidak mengerti. Padahal kami sudah sering melihat gambar-gambar itu saat singgah ke gua," kata Johan, 42 tahun, warga Jalan Hambur Batu, Desa Tepian Langsat, Kecamatan Bengalon, Kutai Timur, Kalimantan Timur, salah satu akses menuju sejumlah gua di Gunung Gergaji di kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat.
Mencapai Gua Tewet, yang berada pada ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut, cukup berat. Dari Samarinda memakan waktu sekitar tujuh jam berkendaraan ke Jalan Hambur Batu. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan naik perahu ketinting mengarungi Sungai Bengalon selama sekitar tiga jam menuju base camp milik Badan Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur di kaki Gunung Gergaji. Lalu berjalan kaki sekitar dua jam menuju gua dengan melewati sejumlah tanjakan yang terjal dan tebing dengan kemiringan hampir 80 derajat.
Tewet…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegarawan, sumbangan terbesar…
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…