Kepala Badan Narkotika Nasional Komisaris Jenderal Budi Waseso: Semua Jenis Narkoba Laku Di Indonesia

Edisi: 24/46 / Tanggal : 2017-08-13 / Halaman : 100 / Rubrik : WAW / Penulis : Setri Yasra, Linda Trianita, Mitra Tarigan


KOMISARIS Jenderal Budi Waseso menanggapi dengan datar penggagalan penyelundupan 1 ton sabu-sabu asal Taiwan di Anyer, Banten, pertengahan Juli lalu. Padahal tangkapan terbesar sepanjang sejarah itu memantik pujian banyak pihak, termasuk Presiden Joko Widodo. "Itu bukan hal hebat," kata Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) itu.

Budi, 56 tahun, malah menyesalkan kegagalan institusinya mencegah masuknya 5 ton sabu, juga dari Taiwan, pada Mei lalu. Menurut dia, jumlah itu belum seberapa dibanding 250 ton sabu dari Cina yang berlabuh di pantai Indonesia sepanjang tahun lalu.

Tak mengherankan bila belakangan ini publik tak henti-hentinya dihujani kabar seputar narkotik, dari penggerebekan gudang sabu di Pluit, Jakarta Utara; flakka yang membuat penggunanya seperti zombie; hingga penangkapan sederet selebritas terkait dengan psikotropika. "Itu tandanya kami bekerja," ujar mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI yang akrab disapa Buwas itu.

Pekerjaan itu mengharuskan Budi tiba di kantornya di Cawang, Jakarta Timur, saban pukul 06.00. Ia merasa jam kerja normal, yang dimulai dua jam setelahnya, tak cukup untuk menyelesaikan tumpukan tugasnya.

Senin pagi pekan lalu, Budi menerima wartawan Tempo Setri Yasra, Linda Trianita, Mitra Tarigan, Reza Maulana, dan Raymundus Rikang di kantornya. Ia secara ceplas-ceplos mengungkapkan kesulitannya mengkoordinasi berbagai instansi dalam perang melawan narkotik, ego sektoral saat pengungkapan kasus, sampai terbatasnya peralatan dan anggaran BNN.

Apa peran Badan Narkotika Nasional pada penggagalan penyelundupan 1 ton sabu di Anyer?

Pengungkapan itu kerja sama BNN dengan kepolisian. Kami punya informasi awal dari intelijen Taiwan, lalu dibagikan ke semua lembaga penegak hukum. Jadi informasi itu digarap ramai-ramai.

Tempo mendapat informasi antarpetugas malah bersilang pendapat menjelang penangkapan....

Faktanya, kami sama-sama menelusuri, kok. Namun analisis penyidik BNN dan polisi berbeda. Kami tak segera menyergap karena ingin pengembangan jaringan yang lebih luas dan dalam. Sementara itu, polisi menghendaki kelompok ini segera diringkus karena khawatir kehilangan jejak. Tak jadi masalah kan bila analisisnya beda?

Polisi mengkoordinasi penangkapan itu dengan BNN?

Kami koordinasi semua karena sumber informasi awal dari BNN.

Kabarnya ada penyelundupan yang lebih besar?

Sebelum bulan puasa, kami kebobolan besar. Kurang-lebih 5 ton sabu dari Taiwan. Kami sudah ketemu jaringannya. Namun mereka berkomunikasi dengan teknologi yang tak dapat kami deteksi. Maka, saat mendekat, kami kehilangan jejak. Saya tidak bisa buka detailnya karena masih kami telusuri.

Lima ton sabu itu berhasil mendarat?

Ya. Ada kemungkinan sudah tersebar di seluruh Indonesia. Semuanya barang jadi. Tapi 5 ton itu tidak ada apa-apanya. Badan Narkotika Cina dan Taiwan mengabarkan 250 ton sabu Cina…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…