Rumah Kayu, Noh, Dan Sutasoma
Edisi: 35/46 / Tanggal : 2017-10-29 / Halaman : 42 / Rubrik : SN / Penulis : Seno Joko Suyono, ,
I Wayan Mudita Adnyana dengan hati-hati membuka Lontar Sutasoma. Lontar itu ditulisnya sendiri. Ahli lontar berusia 86 tahun itu dikenal tekun menyalin lontar naskah-naskah Hindu-Buddha kuno. Ia telah banyak menyalin lontar tua dari Nagarakretagama sampai Sanghyang Kamahayanikan. Sore itu, 13 Oktober lalu, Wayan Mudita memulai pertunjukan Sutasoma dengan menembangkan bait-bait awal Lontar Sutasoma yang berisi permohonan Mpu Tantular kepada Sanghyang Buddha.
Musik gamelan Bali yang dipimpin I Made Subandi mengiringi suara Wayan Mudita. Lalu, dari bagian belakang, berjalan perlahan Tsumura Reijiro, 76 tahun. Ia seorang maestro noh, jenis teater tradisi Jepang yang para aktornya menggunakan topeng. Kemunculan pertamanya sudah menyedot perhatian penonton. Ia menggunakan ikat kepala dan topeng putih serta kimono berlapis seperti rompi cokelat. Dia juga berselimut kain dengan warna dasar hitam.
Pertunjukan Sutasoma secara bersahaja cuma dimainkan oleh tiga pemain. Mereka adalah Tsumura Reijiro; Ni Wayan Sekariani, penari Bali; dan Koyano Tetsuro, aktor Jepang yang dikenal anggota kelompok teater Hiroshi Koike Project. Tsumura menjadi Sutasoma, sementara Ni Wayan dan Koyano memainkan beberapa karakter.
Pada 2015, Sutasoma disajikan di Kuil Komano, Shimane, Jepang. Kali ini pertunjukan digelar di sebuah rumah kayu di Museum Topeng Setia Darma (Setia…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.