Tadashi Suzuki: Ini Kisah Pemimpin Agama Melawan Penguasa Negara
Edisi: 36/46 / Tanggal : 2017-11-05 / Halaman : 54 / Rubrik : SN / Penulis : Seno Joko Suyono, ,
TADASHI Suzuki sama sekali tak terlihat capek. Di tengah terik panas Yogyakarta, ia turun langsung mengobservasi panggung terbuka sendratari Ramayana di Prambanan, tempat pementasan Dionysus bakal dilaksanakan pada Oktober tahun depan. Ia tampak suka dengan trap di tengah panggung. Ia menyuruh Chieko Naito, pemain Agave, mencoba turun dari atas. Nantinya Chieko, dengan membawa kepala Pentheus, akan muncul pertama kali di ketinggian trap dengan latar belakang bayang-bayang Prambanan itu.
Tatkala latihan, Suzuki juga sangat teliti. Berulang kali ia memperagakan langsung cara mengayunkan pedang samurai. Dia tak segan-segan menekan perut Jamaludin Latif, pemeran Cadmus, dengan tongkat agar suara yang keluar lebih dalam. Di sela latihan yang keras, dia memberikan waktu untuk berbincang-bincang. Bagaimana pemikiran dia tentang naskah Dionysus? Bagaimana dia melihat tubuh-tubuh aktor Indonesia? Berikut ini petikan wawancara wartawan Tempo Seno Joko Suyono dengan Tadashi Suzuki.
Anda terlihat memiliki tafsiran sendiri tentang Dionysus karya Euripides....
Euripides sangat kuat dalam menceritakan pertikaian antarmanusia. Karya-karya dramawan Yunani kuno sebelum dia, Sophocles dan Aeschylus, lebih menampilkan nasib manusia berhadapan dengan dewa, takdir manusia berhadapan dengan Zeus, dan sebagainya. Sophocles dan Aeschylus lebih mengolah mitos. Sedangkan tragedi Euripides adalah tragedi antarmanusia, misalnya Trojan Woman. Saya melihat demikian juga dengan naskah Dionysus. Dalam naskah ini, Tuhan baru muncul sebagai sosok manusia. Saya melihat naskah ini berbicara mengenai para pemimpin kelompok keagamaan yang percaya Dionysus melawan penguasa Thebes Pentheus, sebagai simbol kekuatan politik. Enam pendeta mewakili para pemimpin agama Dionysus.
Pentas Dionysus menggunakan delapan bahasa daerah Nusantara....
Dunia ini terdiri atas berbagai macam suara. Tapi sekarang ini makin menjurus ke satu bahasa. Maka, menurut saya, lebih bagus ada pentas dengan berbagai ragam bahasa. Apalagi sekarang sudah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.