Salt, Akhir Sebuah Trilogi

Edisi: 39/46 / Tanggal : 2017-11-26 / Halaman : 41 / Rubrik : SN / Penulis : Seno Joko Suyono, ,


EKO Supriyanto berdiri membelakangi penonton. Panggung sangat minim cahaya. Samar-samar tampak tubuh Eko tanpa apa-apa. Kita melihat dari punggung sampai pantat Eko polos. Gerak-gerik minimalis ia eksplorasi di sekitar pundak. Tangan kanan-kirinya kemudian menyibak naik-turun. Ia seolah-olah bergerak tanpa bobot.

Bagian terakhir dari trilogi Jailolo ini diawali dengan sebuah karya bertolak dari pengalaman pribadi Eko saat menyelam bertemu dengan ikan-ikan ganas. Eko menarik perhatian dunia tari dengan serangkaian karya yang bertolak dari perairan Jailolo. Selama kurang-lebih lima tahun ia melakukan riset tari-tari tradisional Jailolo: Soya-soya, Cakalele, dan Baranggeng. Tapi ia ingin menyajikan karya yang tak sekadar menampilkan ulang bentuk tradisi itu.

Pertama, Cry Jailolo. Ia mengamati kekuatan kaki sehari-hari anak laki-laki Jailolo dapat dijadikan koreografi. Jadilah sebuah karya yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.