Upaya Berburu Restu Pak Harto
Edisi: 14/24 / Tanggal : 1994-06-04 / Halaman : 22 / Rubrik : NAS / Penulis : ABS
APALAH artinya sebuah nama, kata orang bijak. Tapi dalam budaya politik di Indonesia, rupanya, nama itu penting sekali. Maka, pemberian nama untuk sebuah organisasi cendekiawan yang masih berbentuk embrio terpaksa melalui proses yang alot. Bahkan sampai menggunakan voting.
Kesibukan ini terjadi di Hotel Kartika Chandra, Kamis malam pekan lalu. Adalah Mayor Jenderal (Purn.) Moehono, 78 tahun, Sekretaris Militer Presiden pada awal Orde Baru, yang memimpin langsung acara untuk memilih nama organisasi cendekiawan yang dalam beberapa pekan ini sudah menjadi berita di berbagai media itu.
Dalam pertemuan itu, Moehono, yang sehari-hari dikenal sebagai Rektor Universitas Krisnadwipayana (Unkris) Jakarta, menanyakan kepada sekitar 20 hadirin: nama apa yang mereka anggap cocok untuk organisasi itu. Hadirin adalah orang-orang yang memegang posisi di 17 perguruan tinggi swasta di Jakarta, tapi mereka hadir di sana sebagai pribadi. Di antaranya adalah Prof. K.T. Sirait (Rektor Universitas Kristen Indonesia), Prof. Sri Soemantri (Universitas 17 Agustus), dan Prof. Dardji Darmodihardjo (guru besar Unkris). Bekas Menteri Agama Alamsjah Ratu Perwiranegara, tokoh paling menonjol di tengah hiruk-pikuk pembentukan organisasi ini, tak hadir. Ia hanya mengirimkan utusan.
Sebagai jawaban untuk Moehono, muncul sejumlah nama, seperti Paguyuban Cendekiawan Pembangunan (PCB), Ikatan Cendekiawan Indonesia (ICI) -- nama yang pernah dilontarkan oleh Menteri Pertahanan Keamanan Jenderal (Purn.) Edi Sudradjat -- dan Ikatan Cendekiawan Kebangsaan Indonesia (ICKI), yang berasal dari usulan Alamsjah Ratu Perwiranegara. Ada pula yang mengusulkan Persatuan Cendekiawan Pembangunan Pancasila (PCPP). Rupanya, hadirin tak bisa mufakat untuk memilih sebuah nama. Maka, Moehono menganggap perlu dilakukan voting, sesuai dengan asas demokrasi.
Ternyata, hasil voting itu menunjukkan, ICKI tak mendapat pasaran, cuma mengumpulkan nol suara. ICI, nama yang dilansir Edi Sudradjat -- terkadang diejek orang karena mirip nama pabrik cat -- juga tak mendapat dukungan, hanya meraih dua suara. Nama yang lain pun bernasib sama. Pemenangnya PCPP, dengan tujuh suara.
Setelah melihat hasil pemungutan suara itu, yang ternyata mengunggulkan PCPP, Moehono segera menskors sidang. Tampaknya, lobi pun terjadi. Yang jelas, seperti dituturkan Moehono…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?