Lebih Makmur Dari Jawa?

Edisi: 04/20 / Tanggal : 1990-03-24 / Halaman : 59 / Rubrik : SEL / Penulis :


ENTAH apa alasan Pemerintah Indonesia memilih Buru. Mungkin karena tanahnya
subur, mungkin juga ada alasan lain. Yang jelas, daerah itu memberikan berkah
tersendiri bagi tahanan G30S-PKI. Pulau Buru nampaknya bukan semata-mata
hukuman bagi mantan pengkhianat. Setelah tahun-tahun berlalu, permukiman yang
dulu rimba dan rawa itu kini berubah jadi kawasan pertanian subur dengan
penduduk yang cukup sandang-pangan.

; Patut dicatat, jauh sebelumnya, Pemerintah Hindia Belanda pun telah menaruh
perhatian pada pulau di sebelah barat Ambon itu. T.J. Willer, seorang peneliti
zaman Belanda, menerbitkan Het Eiland Boeroe, zijne Exploitatie en Halfoersche
Instellingen (Pulau Buru, Pendayagunaannya dan Perlakuan Tepat bagi
Orang-Orang Alfuru) pada 1858.

; Menurut Willer, wilayah di pedalaman Maluku itu berpotensi besar kalau
dikelola dengan tepat. Jika bertahun-tahun daerah yang kaya rempah-rempah itu
telantar, Willer melemparkan kritiknya pada sistem kerja Oost Indische
Compagnie (OIC) yang semrawut, penuh korupsi, salah manajemen, dan tindak
sewenang-wenang terhadap orang Alfuru, penduduk asli di sana.

; "OIC bahkan merusak tanaman rempah-rempah di pulau tersebut ketika perang
melawan Kerajaan Ternate," demikian Willer mengutuk. Padahal, pada
penelitiannya, selain bisa ditanami rempah-rempah, Buru bisa ditanami
tembakau, kopi, merica, cokelat, dan sagu. Semuanya merupakan komoditi ekspor
unggul di pasaran Eropa waktu itu.

; Tetapi bagaimana cara mengelolanya? Buru terlalu sedikit penduduknya.
Sedangkan proyek perkebunan membutuhkan tenaga banyak. Pemerintah Hindia
Belanda menunjuk budak, tenaga sewa, orang hukuman, dan para sukarelawan
sebagai alternatif. Namun, Willer tak sependapat. Menurut dia, tenaga seperti
itu terlampau mahal. Risikonya juga besar. Sebut misalnya, minggat alias
buron.

; Ada sebuah laporan yang ditulis Dr. Bleeker, Indische Tijds. Arsip yang
berisi laporan kunjungan Bleeker pada 1657 itu mengajukan kemungkinan
Javaansche volksplanting -- memindahkan penduduk Jawa ke Buru. Namun, Willer
menentangnya. Ia memberikan alasan bahwa Pulau Jawa juga membutuhkan banyak
tenaga untuk pertahanan dan pertanian. "Kemungkinan Jawa akan kelaparan kalau
ratusan ribu penduduknya dipindahkan," ujar Willer.

; Willer rupanya menganut aliran Politik Etik -- politik balas budi. Willer
menyarankan agar orang-orang Alfuru diajari ilmu bertani seperti layaknya
petani Jawa. "Pendekatan terhadap orang Alfuru harus dilakukan dengan lebih
manusiawi. Janganlah mereka dikejar-kejar dan ditangkap untuk kemudian disuruh
kerja paksa," tulisnya. Tapi dia juga tidak cukup konsisten terhadap
pemindahan penduduk Jawa. Asal, "harus dilakukan atas kemauan mereka sendiri.
Dan harus ada asimilasi dengan orang-orang Alfuru."

; Di akhir tulisannya, Willer menarik kesimpulan dan menegaskan bahwa kalau
dilaksanakan program pendayagunaan yang tepat dari segi sosial, politik, dan
ekonomi, "saya yakin Buru akan lebih subur dari Pulau Jawa."

; Adakah tulisan Willer itu yang mempengaruhi keputusan Pemerintah Indonesia
untuk membuka Pulau Buru. Apakah pikiran Bleeker yang mendorong pemerintah
mengirim para tapol G30S-PKI ke sana? Pertanyaan ini tidak akan kita usut.
Yang penting, Buru telah jadi proyek inrehab, dan belakangan menjadi kawasan
transmigrasi yang subur.

; Luas Pulau Buru seluruhnya 9.599 kilometer persegi. Tetapi yang pernah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…