Embargo Menimpa Sang Primadona
Edisi: 04/20 / Tanggal : 1990-03-24 / Halaman : 90 / Rubrik : EB / Penulis :
HARI itu, seorang eksportir pakaian jadi menerima berita bagus. Ada pembeli dari
AS, yang memesan sejumlah garmen. "Pesanan harap dikirim secepatnya dengan pesawat
terbang. Ongkos angkut (freight) sampai US$ 1,5 per potong kami tanggung,"
begitu bunyi order yang sampai di meja pengusaha itu, di Jakarta.
; Sayang sekali, pesanan belum bisa direalisasi. Ketika ia hendak mengurus visa
ekspor, pihak Kantor Wilayah Departemen Perdagangan (Kanwil Depdag) sedang
tutup. Ia kelabakan. Ternyata, Sabtu pekan lalu itu, produsen serta eksportir
tekstil dan pakaian jadi dipanggil Departemen Perdagangan. Selepas pertemuan
dengan Menteri Muda Perdagangan Soedradjad Djiwandono, yang dalam kesempatan
itu didampingi Dirjen Perdagangan Luar Negeri Paian Nainggolan, gairah dagang
mereka surut tiba-tiba. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ian Daskian,
Musa Sahehe dari Daya Manunggal Group, juga memilih diam. Padahal, biasanya
mereka mudah diwawancarai. Dewi Motik, yang selalu murah informasi, kali ini
langsung nyelonong pergi.
; Hari itu Departemen Perdagangan mempermaklumkan bahwa instansi itu tak akan
mengeluarkan visa ekspor untuk beberapa kategori pakaian jadi sampai 22 Maret
1990. Artinya, kegiatan ekspor ke AS untuk beberapa produk tekstil terhambat.
Yang terkena "hukuman" cukup banyak, di antaranya plain cloth…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…