Mereka Sudah Tak Sabar Lagi
Edisi: 05/20 / Tanggal : 1990-03-31 / Halaman : 14 / Rubrik : NAS / Penulis :
BERBONDONG-BONDONG, mereka berangkat ke Jakarta. Pria, wanita, orang tua, remaja,
dan anak-anak. Sebagian mengenakan kaus oblong dengan tulisan "Hancurkan semua
ketidakadilan". Waktu berangkat, aparat kecamatan sempat berusaha mencegah mereka
naik bis, tapi sekitar 500 petani dari 8 desa di Ligung, Majalengka, Jawa-Barat,
itu rupanya sudah bertekad: akan menuntut pemulihan hak atas tanah seluas
1.021,377 ha yang diakui sebagai milik mereka ke Departemen Dalam Negeri.
; Setiba di Jakarta, Kamis pagi pekan lalu para petani itu bergerak dari Monas
menuju kantor Departemen Dalam Negeri, Jalan Merdeka Utara, Jakarta. Tapi
hanya 12 wakil mereka yang diterima Kepala Badan Litbang Depdagri, Mardjuki
Nyakman, dan Sekretaris Ditjen Sospol Suwarno.
; Sisanya, karena ditolak masuk ke halaman kantor Depdagri, memacetkan jalan
sambil berteriak-teriak. Akhirnya mereka dibolehkan masuk, kemudian berteduh
di bawah pohon beringin sambil makan bekal.
; Mereka membawa tuntutan minimal, seperti dikatakan Tendel, 64 tahun,
"kepastian tertulis bahwa tanah mereka…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?