Seorang Da'i Berjuta Umat; Saya Ustad Bukan Artis
Edisi: 09/20 / Tanggal : 1990-04-28 / Halaman : 74 / Rubrik : AG / Penulis :
MASSA terus berdesak. Kerumunan bahkan melebar ke tepian jalan tol, memaksa jalan tol Dupak, dalam Kota Surabaya, ditutup sementara. Hujan pun turun. Hadirin kuyup. Namun, orang-orang itu tak beranjak dari tempat. Termasuk seorang ibu yang menggendong anaknya. Mereka seolah larut oleb suara sang Ustad dari podium, yang mengajak massa bersama-sama membaca salawat, "memohon agar Allah menunda hujan." Segera bacaan salawat puluhan -- bahkan mungkin mencapai ratusan -- ribu orang membahana.
Alhamdulillah, Allah mengabulkan permohonan itu. Hujan pun reda. Kemudian sang Ustad memberi aba-aba, agar salawat sampai di situ saja. Tanah lapang Dupak, tempat berkumpul itu, pun berubah senyap. Suasana betul-betul sunyi. Massa sedemikian terpaku, menunggu kata-kata "bertuah" yang bakal meluncur dari mulut Ustad. Di Surabaya, Februari lalu H. Zainuddin Mz., ustad itu, berhasil sepenuhnya "menyihir" massa. Selama dua jam, massa dibikinnya diam dan mengunyah setiap kata yang ia ucapkan.
Di Jakarta, bulan puasa ini, Zainuddin juga membuat ribuan jamaah pada sejumlah masjid. Harian Pos Kota yang punya acara. Mereka tahu, banyak umat gandrung pada suara Zainuddin. Maka, untuk acara ulang tahun April ini, Pos Kota "mengontrak" Zainuddin. Ustad ini mereka kelilingkan ke berbagai wilayah Ibu Kota, buat berceramah.
Lihatlah, misalnya, di Masjid Muyasyirin Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Sejak magrib, masjid itu telah dipenuhi jamaah. Lebih daripada biasanya -- bukan cuma dalam jumlah tapi juga dalam suasana. Biasanya anak-anak ramai bergurau sebelum dan sehabis tarawih. Tapi kali ini suasana sangat tenang. Ucapan "jangan ribut, nanti habis tarawih kita akan mendengarkan khotbah ustad kita yang terkenal Zainuddin Mz." cukup untuk mengunci celotehan anak-anak itu.
Mereka sabar menunggu. Sedangkan ustadnya baru hadir setelah pukul sembilan malam. Satu-satunya hal yang membuat mereka kesal adalah rangkaian anggrek di seputar podium. Bagi mereka, anggrek itu tak menciptakan keindahan. Malah cuma menghalangi mereka memandang wajah sang Ustad. Maka, mereka berteriak "singkirkan!"
Begitu Zainuddin beranjak ke mimbar, keplok pun bergemuruh. Dan segera saja tepuk tangan habis, berganti tawa, begitu Zainuddin mengatakan, "Saya ustad, bukan artis."
Di Ujungpandang, Zainuddin juga disambut akbar. Stadion Mattoangin, awal April lalu, penuh sesak. Massa telah berkerumun di sana sejak jam tiga sore. Kata Andi Abdulatif, pengundangnya, ada di antara mereka sengaja datang dari Bone, ratusan kilometer di timur laut Ujungpandang. Mereka membawa bekal masing-masing dan berbuka puasa di sana. Padahal, ceramah baru dimulai setelah tarawih. Esok paginya, setelah subuh, Zainuddin berceramah lagi di stadion itu. Massa sudah menyemut lagi, entah jam berapa mereka berangkat dari rumah.
Gelombang pasang naik dakwah memang nampak mencengangkan. Presiden Soeharto pun bahkan menengok ke sana. Antara lain dengan meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyiapkan 1.000 pendakwah yang akan digaji rutin dan dikirim berbagai pelosok. (Lihat Box bagian 2). Namun, di tengah suasana dakwah yang sedemikian marak ada satu nama yang melejit begitu pesat. Dialah, yang namanya bisa membuat anak-anak jadi anteng, yang membuat orang-orang tak merasa keberatan menunggunya berjam-jam: "Haji Zainuddin emzet".
Pemunculan nama Zainuddin memang bak seorang mahabintang, superstar. Setelah Rhoma Irama, Zainuddinlah sosok yang mampu menggoyang lautan manusia. Bukan dengan musik. Bukan dengan lagu. Melainkan dengan kata Rangkaian ucapannya mampu mengobarkan atau mendinginkan massa mengetuk hati atau menghibur, juga menjadikan mereka histeris atau diam. Di tengah umat yang lagi getol menyeru dakwah bil-hal -- dakwah dengan tindakan, Zainuddin seperti hendak membuktikan bahwa dakwah billisan tak mati.…
Keywords: Zaim Uchrowi, Priyono B. Sumbogo, Wahyu Muryadi, Zed Abidien, M. Baharun, Zainuddin Mz, Andi Abdulatif, Presiden Soeharto, MUI, Rhoma Irama, Ridwan Saidi, Buya Hamka, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…