Belantara Khmer Merah
Edisi: 23/20 / Tanggal : 1990-08-04 / Halaman : 51 / Rubrik : SEL / Penulis :
Ada yang bilang, berubahnya sikap Amerika Serikat terhadap Khmer Merah justru akan membuat kelompok perlawanan terkuat di Kamboja ini siap bertempur habis-habisan. Sampai kini, apa dan siapanya Khmer Merah sulit diketahui karena mereka bergerak dengan sangat rahasia, bagaikan kelompok teroris Baader-Meinhoff di Eropa, kata seorang sejarawan Amerika. Maret lalu, koresponden New York Times Magazine di Bangkok menurunkan tulisan tentang Khmer Merah, dan tampaknya laporan ini bercerita lebih banyak daripada tulisan yang pernah ada. Berikut nukilannya.
SAM Vuth begitu gelisah. Hari ini hari pernikahannya. Band Perkumpulan Para Cacat menggebrakkan lagu rock membuat tamu-tamu berdiri dari tempat duduknya dan menarikan tari tradisional Kamboja. Sam Vuth mengenakan kemeja dan dasi -- pakaian Barat. Tapi ia tetap tak meninggalkan adat, memulas bibirnya dengan cat bibir dan memakai rias Kamboja. Rias itu meleleh oleh keringat karena malarianya kambuh.
Toh Sam Vut masih kuat mengangkat istrinya, yang baru 17 tahun usianya, itu agar ia bisa meraih sampai langit-langit, tempat ia mengumpulkan semua sumbangan -- berupa uang dalam amplop yang diikat dengan pita.
Sekitar Oktober tahun lalu, setelah penarikan terakhir tentara Vietnam, Sam Vuth melarikan diri dari kamp Khmer Merah, dan bergabung dengan kamp nonkomunis di Pos 2 yang dipimpin oleh Son Sann. Tentu saja, sejak itu, hidup Sam Vuth tidak tenteram, karena biasanya Khmer Merah menghukum mati tiap pembangkang.
Sam menjadi tentara Khmer Merah sejak usia 16 tahun, pada 1973, dua tahun sebelum Pol Pot merebut kekuasaan. Sebelas tahun kemudian, 1984, ia diangkat menjadi komandan batalyon, membawahkan 80 sampai 100 serdadu, melawan tentara Vietnam di Kamboja.
Di kamp-nya yang baru, Sam banyak ditanya oleh pejabat Muangthai, Amerika, atau PBB. Tapi, sebagaimana orang Khmer Merah yang lain, Sam Vuth tak pernah mau menceritakan apa yang dia lakukan ketika Pol Pot berkuasa. Ia pun tak mau mengatakan sebab-musabab ia lari dari kamp komunis. Ia cuma berkata singkat bahwa sudah capek bertempur.
Menurut keterangan Sam Vuth, Pol Pot kini hidup di wilayah Muangthai, setengah jam perjalanan dengan truk dari perbatasan Kamboja. Pemimpin Khmer Merah itu tinggal bersama istri keduanya, yang dinikahinya pada 1986, dan seorang anak perempuannya. Konon, istri pertama Pol Pot menderita sakit jiwa dan kini tinggal di Beijing.
Nuon Chea, wakil Pol Pot yang sangat setia, orang…
Keywords: Kamboja, Khmer Merah, Sam Vuth, Son Sann, Pol Pot, Nuon Chea, Ieng Sary, Khieu Samphan, Oll Sophal, David P. Chandler, Kampuchea Demokratik, Son Song Hak, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…