Advokat: Rusuh Dan Resah ; Musyawarah Jotos Para Advokat
Edisi: 23/20 / Tanggal : 1990-08-04 / Halaman : 76 / Rubrik : HK / Penulis :
"LANGKAHI dulu mayatku," teriak Rusdi Nurima, bekas ketua DPC Ikadin Jakarta,
Selasa pagi pekan lalu, di Ruang Krakatau, Hotel Horison, Jakarta. Dengan
tangan kiri menyingkap bagian atas kemeja, dan tangan kanan menunjuk dada,
Rusdi berusaha menghadang serangan beberapa orang rekan seprofesinya dari
kelompok Gani Djemat-Yan Apul, yang bermaksud menyerbu pimpinan rapat.
; Para advokat pendukung Gani-Yan, yang dipimpin Ketua Ikadin cabang Jakarta
Rudy A. Lontoh -- bekas teman sekamar Rusdi sendiri semasa mahasiswa -- tetap
ngotot. Mereka ingin mengusir lima pengurus DPP Ikadin periode 1985-1989, yang
hari itu sedang memimpin rapat anggota luar biasa (RALB) untuk DPC Jakar.
"Turun! Turun!" yel mereka.
; Suasana semakin tegang. Rusdi tetap bertahan, berdiri di antara kerumunan itu
dan pimpinan sidang. "Malu! Malu, dong, kita semua. Malu!" ujar Rusdi, menahan
amarah Riuh rendah suara sekitar 150 orang advokat yang memenuhi ruangan tak
terkendali lagi.
; Pada pagi itu, DPP Ikadin, yang diketuai Harjono Tjitrosoembono, sedianya
akan menyelenggarakan RALB. Sebab, DPC Jakarta dianggap DPP tak melakukan
kewajibannya mengadakan rapat untuk memilih wakil-wakil cabangnya sebagai
peserta munas pada 25-27 Juli 1990 di tempat itu juga. Salah seorang Ketua
Ikadin, R.O. Tambunan, memimpin RALB itu, didampingi empat pengurus Ikadin
lainnya, Harjono Syarif Siregar, Maruli Simorangkir, dan Djohan Djauhary.
; Tapi baru beberapa detik rapat itu dibuka, Ketua DPC Ikadin Jakarta, Rudhy A.
Lontoh, langsung naik ke podium. Rudhy, yang juga ujung tombak kubu Gani-Yan
kedua orang ini tak tampak di ruangan meraih pengeras suara. "Apa dasar rapat
ini? Rapat ini liar, tidak sah," ucap Rudhy.
; Rudhy bukan tak beralasan. Ia baru saja mengadakan rapat luar biasa DPC
Jakarta sehari sebelumnya. Hanya saja, sesuai dengan konsep kelompoknya, semua
anggota mempunyai hak suara di Munas I Ikadin, DPC Jakarta memutuskan tak
menentukan delegasi mereka ke munas.
; Pernyataan Rudhy diikuti teriakan silih berganti dari para pendukung Gani
lainnya. "Bubar," kata Palmer Situmorang. Belasan rekannya, sesama pendukung
Gani, berhamburan ke arah meja pimpinan sidang. "Turun," teriak mereka.
; Beberapa orang panitia mencoba merebut corong pengeras suara dari Rudhy. Pria
gempal itu bertahan, sementara kawan-kawannya melindunginya.
; Di tengah keadaan kalut itu, terdengar suara pukulan mendarat di wajah
seseorang. "Plak." Tampak salah seorang panitia, Tommy Sihotang, memburu John
H. Waliry. "Gua dipukul," teriak Tommy. Herannya, John malah mengaku dirinya
dipukul lebih dulu, entah oleh siapa. Ini mungkin khas advokat, yang memukul
dan yang dipukul sama-sama mengaku menjadi korban.
; Kekacauan semakin menjadi. Di sisi kiri, Palmer berteriak-teriak dan
menyenggolkan sikutnya ke meja minum. Delapan gelas jatuh, pecah berantakan.
Akhirnya situasi dapat diredakan, setelah petugas kepolisian dan beberapa ABRI
berpakaian militer turun tangan. Rapat hari itu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Vonis Menurut Kesaksian Pembantu
1994-05-14Tiga terdakwa pembunuh marsinah dijatuhi hukuman 12 tahun penjara. pembela mempersoalkan tak dipakainya kesaksian yang…
Hitam-Hitam untuk Marsinah
1994-05-14Buruh di pt cps berpakaian hitam-hitam untuk mengenang tepat satu tahun rekan mereka, marsinah, tewas.…
Peringatan dari Magelang
1994-05-14Seorang pembunuh berencana dibebaskan hakim karena bap tidak sah. ketika disidik, terdakwa tidak didampingi penasihat…