Antara Zuguo,huaqiao,dan ...
Edisi: 24/20 / Tanggal : 1990-08-11 / Halaman : 31 / Rubrik : NAS / Penulis :
BETULKAH pertalian negeri leluhur (zuguo) dengan kelompok etnis Cina tak
lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan? Benarkah kesetiaan mereka selalu
terbagi, sehingga patriotisme mereka selalu diragukan? Benarkah mereka selalu
menjadi alat RRC untuk mengomuniskan kawasan ini? Itulah serentetan pertanyaan
kalau kita membicarakan sepak terjang minoritas Cina di Asia Tenggara.
; Masalah ini memang kontroversial hingga selalu timbul pro dan kontra. Di satu
pihak ada yang mengatakan hubungan orang Cina di luar negeri dengan Cina
Daratan takkan pernah hilang lantaran nasionalisme kebudayaan mereka takkan
pernah lenyap. Dengan kata lain, "Sekali Cina tetap Cina". Maka, mereka punya
potensi menjadi "kolone kelima" dan karenanya mereka harus dicurigai.
; Tapi, di pihak lain ada teori yang mengatakan, perkembangan zaman, baik di
Cina sendiri maupun di kalangan minoritas Cina, telah mengubah semuanya. Maka,
tak layak lagi apabila golongan etnis Cina masih dicurigai.
; Kecurigaan terhadap golongan minoritas Cina yang dahulu lebih dikenal dengan
sebutan Cina Perantauan (huaqiao atau hoakiao) itu bermula dari kebijaksanaan
pemerintah RRC yang pada tahun-tahun awal memang berusaha menarik mereka.
Kecenderungan itu telah menimbulkan reaksi kuat dari pemerintah-pemerintah
Asia Tenggara yang umumnya antikomunis dan anti-Cina. Dan juga karena sekitar
tiga perempat dari 20 juta etnis Cina yang berdiam di luar Cina, Taiwan, dan
Hong Kong, tinggal di Asia Tenggara.
; Keterkaitan antara RRC dan Cina Perantauan sejak 1949 itu biasanya
dihubungkan dengan pasal 58 UUDS (1949) dan pasal 98 UUD 1954, yang menyatakan
RRC akan "berusaha keras untuk melindungi kepentingan semua orang Cina
Perantauan yang tinggal di luar negeri". Malah golongan Cina perantauan ini
punya beberapa wakil dalam Kongres Rakyat Nasional, badan semacam DPR di RRC.
; Jadi, pada mulanya kebijaksanaan RRC mengenai Cina Perantauan adalah berusaha
mempengaruhi mereka agar mereka "setia" kepada Cina sebagai "tanah air"
mereka. Malah Cina membujuk agar mereka sudi kembali ke Cina dan turut aktif
dalam "pembangunan sosialis", mengirim anak-anak mereka untuk mendapat
pendidikan Cina, menanamkan modal di Cina, dan mengirim uang untuk sanak
keluarga mereka yang masih tinggal di Cina.
; Sebagai imbalan, Cina berjanji…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?