Jumenengan Di Keraton Surakarta
Edisi: 49/23 / Tanggal : 1994-02-05 / Halaman : 39 / Rubrik : KL / Penulis : ONGHOKHAM
SEBUAH kesatuan "politik" dari Republik Indonesia, 15 Januari lalu, merayakan jumenengan atau tahun penobatan ke-50 dari rajanya, Paku Buwono XII. Itulah Keraton Surakarta. Apa makna jumenengan ini, ketika kata "keraton" kini lebih dikaitkan pada turisme?
Memang, gelar-gelar di dalam keraton sampai sekarang masih mengungkapkan fungsi politik susuhunannya atau rajanya: Senopati Ingalaga (panglima dalam peperangan), Syekh, Sahidin, Panotogomo, dan seterusnya. Nama Paku Buwono sendiri mengungkapkan bahwa raja ini dilihat sebagai pusar dari seluruh jagat raya.
Bagaimanapun, kekuasaan susuhunannya sudah sangat surut, dan fungsi politiknya dapat dikatakan tidak ada lagi. Juga kekayaan Keraton Surakarta sekarang ini dibandingkan dengan sebelum perang jauh lebih miskin.
Berdirinya keraton-keraton di Jawa dapat dikatakan berasal dari zaman Hindia Belanda yang mempraktekkan pemerintahan kolonial yang tidak langsung (indirect rule). Itulah sistem pemerintahan melalui penguasa-penguasa pribumi tradisional. Bila keraton-keraton itu masih berdiri hingga hari ini, mereka berutang budi pada sikap mereka sendiri pada hari-hari…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…
Kekerasan Polisi
1994-05-14Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…