Momentum Icmi, Dan Munculnya Habibie

Edisi: 41/20 / Tanggal : 1990-12-08 / Halaman : 29 / Rubrik : NAS / Penulis :


TAK kepalang tanggung, ada delapan nama menteri tercantum dalam kepengurusan
Yayasan Wakaf Paramadina. Meski sekadar penasihat, beberapa bisa disebut:
Rudini, Soepardjo Rustam, Ginandjar Kartasasmita, dan Ismail Saleh.

; Selain sejumlah pengusaha seperti Soedarpo Sastrosatomo dan Fahmi Idris,
menurut seorang pengurus yayasan itu, aktivitas Paramadina melibatkan
setidaknya 10 sarjana bergelar doktor, termasuk Nurcholish Madjid -- ketua dan
salah seorang pendiri Paramadina. Yayasan ini bergerak dalam bidang pendalaman
agama Islam dan memang banyak diminati kalangan menengah.

; Berdiri sejak 1987, Paramadina mungkin menjadi petunjuk betapa kini Islam
bukan sesuatu yang jauh dari pejabat pemerintah, pengusaha, atau kalangan atas
lainnya. Petunjuk lain juga masih banyak. Di antaranya, kini tak asing lagi
bila sejumlah rektor dan gubernur tampil ke atas mimbar sebagai pembicara
peringatan hari besar Islam. Gubernur Kalimantan Selatan M. Said, misalnya,
pernah memberi ceramah Israk Mikrad di Masjid Istiqlal Jakarta. Menteri
Perhubungan Azwar Anas malah sudah mirip mubalig saja, memberi ceramah di
berbagai masjid.

; Kalau dalam simposium cendekiawan muslim, Kamis sampai Sabtu pekan ini, di
Malang, Jawa Timur, Menteri Riset dan Teknologi B.J. Habibie terpilih sebagai
Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), tentu tidak mengagetkan. Ini
menambah contoh, sekarang banyak pejabat yang memperlihatkan komitmennya pada
Islam.

; Tentu ini gejala amat menarik. Sebab, beberapa di antara nama tadi sebelumnya
tak dikenal sebagai santri. Dawam Rahardjo Direktur LSAF (Lembaga Studi Agama
dan Filsafat), melihat gejala itu, namun sulit menerangkan penyebabnya.
"Pokoknya, kesadaran itu timbul. Jadi, katakanlah dulu yang Islamnya marginal,
sekarang aktif dalam berbagai kegiatan," katanya. Dan semangat beragama
orang-orang yang disebut marginal itu agaknya tak kalah dengan santri. Dawam
mengaku sering menemukan orang-orang Islam marginal atau Islam KTP -- orang
yang lahir, khitan, kawin, dan mati secara Islam -- beribadah lebih khusuk
dibandingkan banyak santri. "Kita-kita ini terkadang salatnya main
cepat-cepatan saja, mungkin karena sudah biasa dan merasa sudah punya koneksi
dengan Tuhan. Sedangkan mereka itu salatnya malah seperti sufi," tambah Dawam
lagi.

; Menteri Agama Munawir Sjadzali mengungkapkan pengalamannya tahun lalu ketika
sedang mengikuti sidang-sidang DPR membahas RUU Peradilan Agama. Terbukti
menurut Munawir, orang-orang yang sering dijuluki non-santri malah di dalam
sidang RUU itu komitmennya terhadap Islam tak kalah dengan yang santri.

; Maka, kemudian Munawir menganggap adanya tuduhan terhadap seseorang itu
muslim pinggiran atau tidak, itu datangnya dari keangkuhan santri. "Kan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?