Amplop Atawa Angpao

Edisi: 51/18 / Tanggal : 1989-02-18 / Halaman : 80 / Rubrik : MD / Penulis :


MUSIM angpao, alias amplop upeti, V baru sala berlalu bersama lewatnya Tahun Baru Imlek. Sedangkan di dunia pers, yang baru saja memperingati "Hari Pers Nasional", soal amplop ini masih mendengung-dengung.

Di akhir tahun 60-an, harian Indonesia Raya di bawah pimpinan Mochtar Lubis, misalnya, memaklumkan dengan seru bahwa para wartawannya akan menolak pemberian uang (kini disebut "amplop", sebab biasanya rupiah itu dimasukkan ke dalam pembungkus itu), seakan-akan "amplop" identik dengan najis. Tapi sampai hari ini, ketika Indonesia Raya sudah 10 tahun lebih mati dibreidel, para wartawan jarang yang menampik "upeti" itu.

Ini setidaknya terbukti dari tulisan yang menarik di harian Kompas pekan lalu. Penulisnya, E.H. Kartanegara, bicara dengan terus terang dan ia menggunakan sedikit pendataan.

Bekas wartawan di beberapa media (antara lain TEMPO) yang kini aktif memimpin Kelompok Belajar Menulis dan Meneliti di Pekalongan ini mula-mula menemui satu fakta: "Saya tahu, banyak rekan wartawan yang gajinya pas-pasan, tapi hidupnya makmur," kata Kartanegara, yang biasa dipanggil Karta. Ia juga pasti tahu bahwa banyak wartawan bisa begitu karena amplop…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
Televisi dan Bahasa Isyarat
1994-05-14

Dengan siaran berita dalam bahasa isyarat, dua stasiun televisi mengukir jasa untuk tunarungu. tapi yang…

"
"Diabetes" dan Pasien Diabetes
1994-05-14

Tirasnya 5.000 eksemplar, pasarnya 3 juta orang, dan pengasuhnya para dokter spesialis kencing manis. isinya:…

K
Karena Foto atau 20% Saham?
1994-04-16

Setelah ada teguran dan cekcok foto, pemimpin redaksi dan beberapa wartawan harian merdeka dikenai phk.…