Bermula Dari Masjid Salman
Edisi: 11/19 / Tanggal : 1989-05-13 / Halaman : 79 / Rubrik : AG / Penulis :
DI zamannya, bentuk masjid itu tak lazim. Atapnya datar, tanpa kubah, tanpa mahkota. Tiga bagian dindingnya hanya sekat kayu yang tinggi dan dapat dibuka lebar. Keadaan itu membuat suasana masjid jadi teduh. Apalagi malam, ketika lampu yang posisinya diatur begitu rupa untuk memberi efek cahaya tertentu, menyala temaram. Hanya di tempat imam lampu disengaja menyorot keras. Demikian sederhana, dan hening.
Masjid yang bernama Salman itu dibangun 1963. Arsiteknya Ir. Ahmad Noe'man. Tapi siapa sangka bila kemudian hari masjid itu berperan pada perkembangan Islam di Indonesia -- setidaknya mendorong bangkitnya semangat keislaman di kampus dan kalangan anak muda dalam periode 1980-an sekarang.
Ya, Noe'man dan para pendiri yang lain waktu itu baru cuma bikin masjid di lingkungan yang disebut "sekuler" itu. Tapi di Institut Teknologi Bandung (ITB) ada (almarhum) Prof. Ahmad Sadali, kakak Noe'man, Prof. T.M. Soelaeman, Dr. Ir. Imaduddin Abdul Rahiem, Ir. A.M. Luthfi, dan sejumlah nama. Malah selagi mahasiswa, Azwar Anas -- kini Menteri Perhubungan -- bergiat di masjid ini.
Tapi mereka tak sekadar mendirikan masjid. Mereka bercita-cita panjang. "Dulu, kami ingin masjid ini menjadi laboratorium pendidikan Islam kampus ITB," kata Mohd. Hamron, Ketua Umum Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman. "Keinginan itu ternyata kesampaian. Walaupun masih dikritik di sana-sini.
Peran Salman mencuat di tangan kombinasi Sadali yang kalem dan Imaduddin yang berapi-api. Rektor ITB Prof. Doddy Tisnaamidjaja (kini duta besar RI untuk Prancis) sangat menyokong Salman. Ia sesekali jadi khatib di sana. Namun, yang membuat banyak menarik minat kalangan muda ke Salman adalah Bang Imad begitu Imaduddin akrab dipanggil.
Tahun 1974, Imaduddin melontarkan arena Latihan Muicihid Dakwah (LMD). Sekitar 50 mahasiswa digembleng di Ruang Serba Guna. Mereka diharapkan sebagai kader dakwah yang tangguh. LMD segera jadi api bangkitnya semangat keislaman di kampus-kampus. Yang lolos seleksi itu (dari IQ sampai motivasi) lalu masuk base camp di masjid.
Selama tujuh hari suntuk, mereka tak berhubungan dengan dunia luar. Membaca koran bahkan tidak. Peserta diajak mengkhitmati Quran, Surah Al-Fath (ayat 27-29) yang mengisyaratkan titik balik…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…