Pelestarian Kawasan Bersejarah Di Jakarta
Edisi: 17/24 / Tanggal : 1994-06-25 / Halaman : 62 / Rubrik : SEL / Penulis : SIDHARTA, AMIR
Hampir seperempat abad silam dicetuskan gagasan memugar Taman Fatahillah dan gedung Balai Kota Batavia, yang dulu bernama Stadhuis, menjadi sebuah museum tentang sejarah Jakarta. Kawasan penting yang menjadi pusat pemerintahan VOC dan dibangun pada abad XVIII itu rupanya sempat terlupakan. Akhir tahun 1960-an, apa yang dikenal sebagai Taman Fatahillah sempat menjadi terminal angkutan kota yang semrawut. Batas-batas taman serta kolam air mancur di tengah taman lenyap tak berbekas. Sedangkan gedung Balai Kota Batavia pernah digunakan sebagai Kantor Gubernur Jawa Barat sebelum beralih menjadi Markas Komando Distrik Militer 0503.
Muncullah Sergio Dello Strologo, seorang ahli desain produk dan industri dari United Nations Development Program, dengan program pelestarian guna mendorong aspek pariwisata Jakarta. Waktu itu, sekitar tahun 1970, ia membayangkan rencana pemugaran Taman Fatahillah. Dan rencana yang bertujuan menjadikan ruang luar terbuka di depan gedung Balai Kota kembali ke penampilannya pada abad XVIII dikembangkannya bersama Sudarmadji Damais, seorang peneliti sejarah Pemda DKI. Mereka berdua mengajukan rencana pelestarian Taman Fatahillah kepada Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Rupanya, Bang Ali tertarik dengan rencana pelestarian itu. Segera diputuskan untuk melaksanakan Proyek Pemugaran Jakarta Kota. Jelas bahwa tujuan pemugaran Taman Fatahillah bukanlah dimaksudkan untuk merayakan kejayaan kolonialisme Belanda, melainkan untuk mendukung pendidikan tentang sejarah perkembangan Kota Jakarta. Usaha pelestarian Taman Fatahillah juga merupakan langkah awal dalam pelestarian lingkungan Kota Jakarta yang diharapkan akan meningkatkan aspek wisata Ibu Kota.
Lagi pula, Bang Ali rupanya ingin juga Jakarta punya tambahan objek wisata. Harap maklum, waktu itu baru ada Museum Nasional yang jadi tujuan wisata, sedangkan Taman Mini Indonesia Indah belum berdiri. Jadi, turis asing lebih suka menghabiskan waktu sehari di Jakarta dan langsung terbang ke Bali. Dengan adanya kawasan Taman Fatahillah, diharapkan, para turis menambah waktu tinggal di Jakarta selama 24 jam lagi untuk berkeliling ke lingkungan Taman Fatahillah, dan secara tak langsung "ditarik" pula mengunjungi Pasar Ikan, yang letaknya tak begitu jauh dari Taman Fatahillah. Memang Taman Fatahillah menjadi semacam pemugaran lingkungan wisata, bukan berupa pemugaran bangunan individual yang berdiri sendiri-sendiri.
Adapun pemugaran Taman Fatahillah pada prinsipnya akan memperkenalkan kembali unsur-unsur bersejarah yang pernah ada di taman itu. Beberapa penelitian dan dokumentasi serta karya cetak, cat air, dan fotografi memang berhasil mengungkap kembali penampilan taman itu di masa lampau. Misalnya, berdasarkan sebuah gambar karya Johannes Rach tahun 1770, bisa dipastikan lokasi dan bentuk pancuran air, yang dulu berada di tengah-tengah alun-alun. Dan suatu penggalian yang dilakukan berhasil mengungkap dasar asli air mancur. Maka, air mancur dibangun kembali dengan menggunakan sisa-sisa fondasi asli sebagai dasarnya.
Lantas dibentuklah tim pengarah dan pengawas dengan pemimpin proyek Ir. Wastu Pragantha, perencana senior dari Direktorat III Pemda DKI, dibantu Sudarmadji Damais, G.A. Warmansjah sebagai Kepala Dinas Museum dan Sejarah, dan Ir. Martono Yuwono dari Kantor Pemugaran. Sedangkan langkah pemugaran dilaksanakan oleh tenaga-tenaga asli orang Indonesia sehingga mereka sekaligus belajar memahami cara pengerjaan teknis gedung benda bersejarah.
Tak sedikit pula sumbangan yang mendukung proyek pemugaran -- walau seluruh biaya proyek ditanggung Pemda DKI. Mekanisme genta lonceng, misalnya, diterbangkan ke London lewat jasa baik Cathay Pacific. Lantas, biaya perbaikan genta lonceng itu ditanggung pemerintah Inggris. Masih ada lagi bantuan dari John D. Rockefeller Fund dan Program Sister City Jakarta-Amsterdam. Akhirnya, gedung Balai Kota menjelma jadi Museum Sejarah Jakarta, menjadi rumah bagi koleksi Museum Jakarta Lama yang sempat ditempatkan di gedung yang kini dikenal sebagai Museum Wayang.
Pada tanggal 30 Maret…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…