Film Indonesia, Silakan Back To Basic

Edisi: 17/24 / Tanggal : 1994-06-25 / Halaman : 71 / Rubrik : FL / Penulis : LCS


SEORANG gadis cantik melepaskan sepatunya, stokingnya, blusnya, lalu roknya yang berwarna merah. Seorang lelaki mendekatinya, menggendongnya, membawanya ke ranjang. Dan kemudian ranjang bergoyang-goyang. Pada saat lain seorang gadis desa yang belum lama di kota, hampir menjadi bulan-bulanan pemerkosaan pamannya. Ia sempat kabur. Di tengah jalan, terjadi lagi adegan "hampir" itu, oleh lima pemabuk. Untunglah, seorang lelaki mengaku fotografer free-lance menolongnya. Dan seterusnya, dan apa pun yang ingin diceritakan, adegan buka-bukaan (secara sukarela atau dipaksa), gendong-menggendong, atau tindih-menindih itulah yang disajikan. Inilah film berjudul Gaun Merah, yang pekan lalu beredar di Jakarta, juga Bali.

Seperti itulah dalam satu setengah tahun belakangan ini prototip sebagian besar film Indonesia. Apa pun judulnya, adegan semacam itu yang berulang disajikan. Adapun cerita boleh dianggap tak ada. Begitulah laporan wartawan dan koresponden TEMPO di berbagai kota, yang menonton berbagai film Indonesia. Dari Gaun Merah sampai Cinta dalam Nafsu, dari Gadis Malam sampai Akibat Hamil Muda.

Dan film Indonesia jenis itulah, tampaknya, yang mendapatkan penonton. Jenis yang lain, film laga (action) misalnya, asal dibumbui seks secukupnya, ditanggung mengundang penonton juga. Pun film komedi gaya Warkop, yang belakangan aroma seksnya makin semarak, laris. Tanpa bumbu seperti itu, lazimnya film itu seret.

Menurut data PT Perfin, distributor tunggal film Indonesia, di Jakarta tahun 1993 film komedi karya Putu Wijaya, Plong, yang tak mencoba bermain-main dengan seks, hanya mendapatkan sekitar 8.400 penonton. Sedangkan film yang berbau seks, Gadis Metropolis, umpamanya, ditonton lebih dari 200.000 orang. Pada triwulan pertama tahun ini, perbandingan seperti itu masih terjadi: film komidi Si Kabayan hanya memperoleh pembeli karcis hampir 35.000. Sedangkan Gairah Malam mendapatkan penonton hampir 265.000. Tentu, ada perkecualiannya, Ramadhan dan Ramona, pemenang Citra tahun 1992, yang beredar tahun 1993, ternyata laris (lihat tabel).

Tetapi lain dulu lain sekarang, film seks masa kini hadir dengan mulus, tanpa komentar ramai, tanpa protes dari masyarakat - protes secara grenengan sih masih ada. Tahun 1989, muncul protes masyarakat, bahkan juga…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Sebuah Film untuk Mutiari dan Lain-Lain
1994-04-30

Sutradara: jim sheridan. skenario: terry george, jim sheridan. aktor: daniel day-lewis, emma thomson, pete postlethwaite.…

M
Madonna, Kejujuran dan Ketelanjangan
1994-01-22

Sutradara: alek keshishian. produksi: propaganda film. resensi oleh: leila s chudori

R
Robin Hood Pelesetan
1994-01-22

Sutradara: mel brooks. skenario: mel brooks, evan chandler, david shapiro. pemain: cari elwes, richar lewis,…