MELESAT MENUJU PUNCAK DAN MENJADI..

Edisi: 26/19 / Tanggal : 1989-08-26 / Halaman : I- / Rubrik : PWR / Penulis :

KALAU ada sebuah bank yang tabungannya melonjak 10 kali lipat dalam tempo 9 bulan, itulah Bank Agung Asia (BM). Bila pada akhir tahun 1988 jumlah Tabungan Kencana BM baru mencapai Rp 3 milyar, maka pada bulan Agustus 1989 jumlahnya membengkak menjadi lebih kurang Rp 30 milyar. Suatu prestasi yang patut dicatat, memang. Apalagi bila diingat, bahwa hasil ini dicapai pada saat hampir semua bank melayani tabungan serupa, bahkan dengan iming-iming hadiah ratusan juta rupiah. "Namun nyatanya jumlah orang yang mengikuti Tabungan Kencana tidak pernah berkurang. Bahkan setiap saat terus bertambah," ujar Dipl. Kfm. Nurachman Soekasah (40 tahun), salah seorang Direktur bank ini.

Apa sebenarnya daya tarik BM? Berbicara mengenai bank adalah berbicara mengenai kepercayaan para nasabah yang tak ternilai harganya. Dan kepercayaan nasabah itulah yang menjadi kunci keberhasilan BM. Jumlah tabungan yang melonjak 10 kali lipat tadi menjadi bukti nyata yang tak terbantah. Bukan cuma itu, asetnya pun meningkat dari Rp 274 milyar menjadi lebih kurang Rp 450 milyar - dan akhir tahun ini diharapkan bisa mencapai angka Rp 500 milyar. Begitu pula depositonya yang semula hanya Rp 145 milyar, kini telah menjadi Rp 246 milyar.

Prestasi ini dengan serta merta mengibarkan nama BM di kalangan dunia perbankan Indonesia. Padahal, setahun yang lalu BM dikenal oleh masyarakat sebagai bank bukan devisa yang low profile. Perkembangan bank tersebut kurang dari setahun belakangan ini memang luar biasa. Dan ini bermula sejak masuknya Summa Group memperkuat BM, 29 November tahun lalu. Bagi kelompok Summa sendiri, "Pengambil-alihan BM merupakan impian yang telah lama dipendam," kata Nurachman. Sejak awal, Summa Group yang didirikan Edward S. Soeryadjaya (41 tahun) memang dirancang sebagai kelompok perusahaan yang khusus bergerak dalam bisnis dan konsultasi keuangan. Maka bertemulah dua kekuatan yang saling mendukung. Dan bila dua keunggulan yang saling mengisi telah berpadu, terciptalah satu kesatuan yang tangguh, yang menghasilkan prestasi mencengangkan.

BAGAIMANA sebuah bank yang mempunyai sejarah panjang dan ditangani secara tradisional akhirnya bergabung dengan kelompok perusahaan yang dikelola dengan manajemen modern dan profesional merupakan kisah menarik yang perlu diketahui.

Usia BM bukan lagi seumur jagung. Ia lahir hanya terpaut belasan pekan dari Republik Indonesia. Ketika didirikan di kota Surakarta (Solo), Jawa Tengah, oleh Parentah (Pemerintah) Kasunanan, Parentah Mangkunegaran, serta para pengusaha dan pengrajin batik pada 10 November 1945, si jabang bayi ini diberi nama Bank Soerakarta Maatschappi; Andeel Boemipoetera (Bank Soerakarta M.A.B.). Pihak Parentah Kasunanan memiliki 40% saham bank ini, sementara 20% lagi dipegang Parentah Mangkunegaran, dan 40% sisanya milik para pengusaha dan pengrajin batik setempat. Tempat yang mereka pergunakan sebagai kantor pertama kali ialah rumah kediaman Mr. Rademaker, yang kini dipakai sebagai Kantor Pos Surakarta. Berbeda dengan perseroan terbatas biasa yang memiliki izin operasi hingga 75 tahun, izin operasi Bank Soerakarta M.A.B. hanya 30 tahun.

Belakangan disadari bahwa kata "Bumipoetera" pada namanya mengandung konotasi inlander, kata yang dipergunakan pemerintah kolonial dengan nada merendahkan, maka kata tersebut pun diganti dengan "Indonesia". Maka berubahlah nama bank ini menjadi Bank Soerakarta Maskapai Andil Indonesia.

Tidak percuma Bank Soerakarta dilahirkan pada tahun yang sama dengan Republik Indonesia. Ini terbukti ketika pada tahun-tahun pertama kelahirannya ibu kota republik yang masih belia ini dipindahkan ke Yogyakarta, karena Jakarta dirasa tidak aman lagi. Dalam keadaan yang serba darurat dan kekurangan, disertai ancaman agresi militer Belanda yang bisa…

Keywords: -

Rp. 15.000