Gubuk Kecil Di Balik Bukit

Edisi: 29/19 / Tanggal : 1989-09-16 / Halaman : 62 / Rubrik : SEL / Penulis :

DI sepanjang lorong itu, baru sekali kami bertemu manusia. Ia
Sulasma (30 tahun) seorang tukang ojek yang sedang mengangkut
hasil petikan kopi milik Sugiri, di daerah Termas Baru, yang
masuk kawasan haram.

; "Kami tak tahu," jawab Sulasma, ketika kami minta jasanya untuk
mempertemukan kami dengan penduduk yang bersembunyi di hutan.
Ternyata, memang tak mudah bertemu mereka. Kedua tukang ojek
yang membawa kami pun mengaku tak tahu tempat persembunyian itu.
Karena itu, kami putuskan beristirahat di Masjid Talang Madiun.

; Daerah itu cukup tinggi. Kami naik ke atas masjid, ke
ketinggian, menatap ke lembah-lembah dan perbukitan kiri-kanan.
Angin berembus kencang. Tak ada gubuk yang tampak, kecuali
reruntuhan rumah-rumah penduduk, lalu pohon kopi dan kopi lagi,
yang terembus angin dalam keheningannya.

; Ketika kami sudah bersiap hendak pulang, tiba-tiba tampak
berkelebat seseorang di tikungan jalan. Dan benar saja, ia
seorang manusia. Kami segera menemuinya. Ia masih muda, 35
tahun. Tapi ia tak mau menyebutkan namanya. Di wajahnya
mengendap rasa curiga melihat penampilan kami. Ia mengepit tas
berisi pakaian, terlihat di balik bajunya terselip pisau.
Menurut pengakuannya, ia hendak pulang ke Baturaja, karena,
"Saya gagal membujuk mertua pulang ke sana." Sang mertua kini
tinggal di gubuk yang tak aman karena selalu dikejar-kejar
"operasi tikus".

; Ini dia yang kami cari. Tapi masih sulit untuk mengeruk
informasi, karena ia masih belum sepenuhnya percaya. "Mau apa?"
tanyanya menyelidik. Setelah mendapat penjelasan, ia langsung
belok kiri, masuk ke lorong yang membelah perkebunan kopi. Ia
membawa kami turun ke lembah, menyusuri jalan setapak
berkelok-kelok…

Keywords: -

---

Foto Terkait