Ninja: Seratus Perang Seratus ...
Edisi: 41/19 / Tanggal : 1989-12-09 / Halaman : 45 / Rubrik : SEL / Penulis :
LAHIR DI TENGAH puncak nyala, dan mati di tengah puncak kegelapan".
Itulah jalan ninja. Ajaran lisan yang diturunkan dari mulut ke mulut itu memperkenalkan dasar filsafat ninja. Kurang jelas kapan pandangan hidup yang menyeramkan itu dibuat. Diperkirakan pada masa yang amat tragis seperti zaman sengoku -- perang saudara misalnya pada tahun 1467 ketika terjadi Perang Onin. Di abad ke-15 itu, muncul banyak pimpinan kelompok samurai di pelbagai daerah di Jepang, untuk meneruskan perang saudara selama 100 tahun lebih hingga terbentuk pemerintah keshogunan pada 1605 di Edo (kini Tokyo) oleh Tokugawa Iyeyasu.
Ninjutsu -- seni ninja -- menurut ahli sejarah Jepang, telah sempurna sebagai seni bela diri dan menyerang sekitar abad ke-6 ketika agama Budha masuk ke Jepang melalui Cina dan Korea. Bahkan menurut Hichichiro Okuse, 79 tahun -- bekas wali kota Iga-Ueno yang menyelidiki ninja dan ninjutsu selama 43 tahun -- ninja tidak orisinal Jepang. Itu barang impor dari negeri Cina yang datang pada pertengahan abad ke-6, bersamaan dengan masuknya agama Budha, di zaman Asuka. "Seorang ahli kemiliteran bernama Zhongwu -- 403-221 SM -- menulis buku ilmu strategi berjudul Zhongzi. Dalam buku itu, Zhongwu memperkenalkan teori "Seratus Perang Seratus Kemenangan. Teorinya sangat sederhana: "Berperanglah jika yakin mengalahkan musuh, dan jangan berperang dengan musuh yang lebih kuat".
Orang yang memenangkan "Perang Perdamaian" adalah pemenang sebenarnya. Perang Perdamaian, menurut Zhongzi, adalah usaha membedakan musuh yang lemah dan yang kuat tanpa berperang. Di situlah sebenarnya terdapat falsafah dasar seni ninja. "Pendek kata, Zhongwu menunjuk penggunaan mata-mata untuk membedakan kekuatan militer milik musuh," kata Okuse, yang pernah menulis puluhan buku mengenai ninja. Ia boleh disebut sebagai "ninja" terakhir di Jepang pada zaman ini.
Dalam jilid ke-13 (terakhir), Zhongzi menyimpulkan betapa pentingnya peranan mata-mata untuk mengorek kekuatan lawan. "Perlu diketahui kekuatan negara dan kekuatan militer musuh secara obyektif. Perlu senantiasa memperbandingkan daya gempurnya. Untuk itu harus menggunakan jiandie -- spion. Kalau musuh lebih kuat secara keseluruhan, lebih baik berdamai atau lebih baik menunggu diam-diam hingga siap menantang."
Teori yang disusun sekitar 2.400 tahun lalu itu masih tetap berfungsi di zaman sekarang ini. Tak bisa disangkal, betapa pentingnya usaha mengumpulkan pelbagai data dan informasi tentang lawan. Buktinya, militer dari negara mana saja pasti punya badan intelijen. Bahkan raksasa seperti AS dan Uni Soviet punya ninja yang bernama CIA dan KGB, seperti ajaran Zhongwu.
Ninja harus mengumpulan informasi dan membuat komplotan. Mereka harus menghancurkan. Tak berbeda dengan praktek CIA dan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…