Empat Tahun "bisnis Indonesia"

Edisi: 44/19 / Tanggal : 1989-12-30 / Halaman : I- / Rubrik : PWR / Penulis :


Pendapat yang mengatakan bahwa dana adalah unsur nomor satu penentu keberhasilan penerbitan suratkabar, hari ini boleh dipertanyakan lagi. Setelah terbit selama empat tahun, harian Bisnis Indonesia membuktikan bahwa modal idealisme tetap berada di atas modal uang dan teknologi untuk mengantarkan suratkabar ekonomi ini pada awal pertumbuhan dan kepercayaan publik pembacanya.

"Tanpa idealisme kami tak dapat bertahan dan mencapai hasil seperti yang dialami hari ini," ujar Lukman Setiawan, Wakil Pemimpin Umum Bisnis Indonesia, yang merangkap sebagai Pelaksana Harian. Bisnis Indonesia, seperti disebutkan Lukman, dimulai dan dikelola penerbitannya dalam kondisi pas-pasan.

KEGIATAN redaksi dan bagian usaha Bisnis Indonesia berlangsung di Jl. Kramat V/8 Jakarta Pusat. Kantor ini adalah gedung sewaan yang dikontrak sampai dengan Januari 1991. Pekarangannya yang tidak penuh sesak oleh mobil ataupun sepeda motor para wartawan mengisyaratkan kebenaran ucapan Lukman. Kesibukan unit usaha penerbitan ditampung dalam sebuah ruangan kecil, pavilyun bangunan itu.

Di dalam bangunan utama, pada ruangan yang dapat dikatakan agak sempit, terpusat kegiatan redaksi. Di situlah pekerjaan editorial yang selalu dikejar deadline berlangsung hampir tiada henti, melibatkan banyak wartawan. Ruangan ini berisik. Kegaduhan suara mesin tik tak mengizinkan tempat itu tenang, seperti ketenangan ruang kerja redaksi penerbitan-penerbitan besar yang sudah memasuki era komputerisasi.

Tapi, bertahan dan kemudian mulai berkembang tanpa menunggu adanya fasilitas canggih -- komputer, misalnya -- bagi Bisnis Indonesia menjadi bukti bahwa sumberdaya manusia dengan idealismenya adalah modal terpokok yang tak mungkin dicarikan bandingannya. Bagaimanapun, para wartawan dan karyawan nonredaksi Bisnis Indonesia membuktikan bahwa uang dan teknologi adalah modal yang nomor dua. "Namun, toleransi para share holder lewat Presiden Direktur, Eric Samola," begitu Lukman, "dan kesabaran mereka sangat membantu, baik moril maupun materil."

Agaknya keyakinan dan kesetiaan pada pekerjaanlah yang melahirkan semuanya itu. Lukman berkata, "Pada mulanya, banyak orang yang membayangkan betapa besar peranan penyandang dana dalam mengembangkan bisnis koran." Itu, katanya, telah terbantah. Dalam kondisi pas-pasan ini, "Kalau bukan karena idealisme, tak mustahil Bisnis sudah ditinggalkan. Idealisme dan ketahanan mental, merupakan dasar suatu usaha pers."

Bisnis Indonesia didukung sebagian besar oleh para jurnalis muda. Pada umumnya mereka lulusan perguruan tinggi, masuk bekerja di suratkabar ekonomi ini sebagai "tenaga segar" yang belum berpengalaman, dan kini mulai menikmati jurnalisme. Orang-orang muda ini, sebagaimana kodratnya, memiliki keinginan-keinginan. Di tempat lain, di luar mereka ada kenyataan yang lain, yakni pasar. "Kami mencoba memadukan keinginan-keinginan itu dengan kenyataan pasar tersebut," kata Ery Soedewo, 45, seorang dari dua wakil Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia.

Di antara 135 orang karyawan Bisnis Indonesia dewasa ini, terdapat 52 jurnalis, mulai dari Pemimpin Redaksi sampai dengan calon wartawan. Koresponden di daerah memang masih terbatas jumlahnya, "Kami masih memprioritaskan daerah niaga yang besar -- Surabaya, Bandung, Semarang, Ujung Pandang, Medan, Yogyakarta, dan Surakarta -- dalam penempatan koresponden," ujar Ery.

"Untuk para jurnalis muda ini," kata Sukamdani S. Gitosardjono, Pemimpin Umum Bisnis Indonesia, "kami memberi kebebasan dan kemerdekaan dalam mencari berita." Yang dipentingkan dalam kebebasan itu ialah tanggung jawab. "Itu selalu kami tekankan. Berita jangan sampai membawa kekacauan dan merugikan masyarakat. Berita sebaiknya dapat menumbuhkan partisipasi rakyat dan mendatangkan kesejahteraan."

Bisnis Indonesia adalah suratkabar kedua yang menyatakan dirinya sebagai suratkabar ekonomi dan bisnis, setelah Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) diberlakukan sejak 1984 silam. Koran ekonomi pertama, yang mendapatkan SIUPP ialah harian Neraca, Jakarta. Selain itu ada pula Prioritas, Jakarta, yang juga terkena pembatalan SIUPP pada 1987 yang lalu. Tetapi sebelum era suratkabar ekonomi dengan SIUPP itu telah ada koran harian lain yang juga mengkhususkan dirinya untuk pemberitaan masalah ekonomi: Jurnal Ekuin, juga terbitan Jakarta. Jurnal…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
MELANGKAH MAJU dengan KESUNGGUHAN HATI
1994-03-12

Ekspor anak perusahaan surya dumai group ini sudah menjangkau ke 27 negara. pertumbuhan penjualan dan…

Y
Yang dibutuhkan pelaku bisnis: Color Pages Indonesia
1994-03-26

Segera terbit color pages indonesia. katalog tentang building materials dan equipments, dengan informasi yang lengkap…

B
BIARKAN KAMI MENYELESAIKAN MASALAH ANDA
1994-01-29

Biro administrasi efek (bae) pertama di indonesia. memberikan jasa layanan bagi perusahaan yang akan dan…