Kilas Penting
Edisi: 45/18 / Tanggal : 1989-01-07 / Halaman : 41 / Rubrik : KIB / Penulis :
"TIDAK ada istilah bersih diri dan tidak ada istilah bersih lingkungan," kata Menko Polkam Sudomo. "Yang ada skrining mental ideologis. Itu yang kita umumkan waktu itu."
Di antara pemilihan presiden dan wakil presiden; pelantikan kabinet; penggantian Pangab; deregulasi ekonomi sampai kasus lemak babi dan soal Ongkowidjaja dengan KAM-nya; sampai kasus Ben Johnson yang menelan dadah dalam Olimpiade Seoul; terpilihnya Benazir sebagai perdana menteri; deklarasi negara Palestina yang disusul dengan perundingan PLO-AS, di tahun 1988, kabar yang awet gemanya memang hal bersih diri dan bersih lingkungan.
Kabar yang awet gemanya itulah yang mengisi halaman-halaman berikut, berwarna atau hitam putih, dengan foto atau karikatur. Dan kabar yang awet tak harus yang mencemaskan. Bisa juga yang menggembirakan, menggelikan, atau membuat kita bersyukur. Itu bisa tentang munculnya seorang menteri baru yang siap meluruskan peredaran dan harga obat, hadiah buat seorang yang memelihara lingkungan hidup, sampai sebuah pesta jazz internasional. Kita mulai dengan soal yang dikarikaturkan di bawah ini.
***
Dan, "Kabinet itu sendiri saya beri nama Kabinet Pembangunan V," kata Presiden Soeharto, Senin 21 Maret, di Istana Merdeka, presiden terpilih untuk masa lima tahun mendatang. Itulah kelanjutan acara yang dimulai tahun lalu, acara yang sering disebut pesta demokrasi. Pemilu, pelantikan anggota MPR dan DPR, Sidang Umum MPR, pemilihan presiden dan wakil, pelantikan kabinet baru. Dalam SU MPR ini Sudharmono terpilih sebagai Wakil Presiden. Pemilihan yang dihiasi adanya "interupsi" dari seorang Ibrahim Saleh, anggota MPR/DPR dari Fraksi ABRI. Katanya, ia mendengar, "pencalonan wakil presiden tidak fair. . ."Sebelum itu semua, ada penggantian penting di jajaran ABRI; awal bulan itu Pangab Jenderal L.B. Moerdani digantikan oleh Jenderal Try Sutrisno. Tersebut pertama tetap menjabat Pangkopkamtib sebelum lembaga ini dibubarkan dan diganti dengan lembaga baru bernama Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional (Bakorstanas), September.
***
"Tadi pagi Bapak masih sehat, tapi tiba-tiba...," kata K.R.Ay. Nindyokirono, istri Sri Sultan Hamengku Buwono IX. "Rasanya saya tak percaya." Dan Indonesia kehilangan salah satu tokoh. Sri Sultan wafat 2 Oktober di Washington, AS, dalam usia 76 tahun, meninggalkan 3 istri, 23 anak, dan 26 cucu, sebelum sempat mengangkat putra mahkota. Berdasarkan autopsi yang dilakukan di AS, disebutkan Sultan wafat karena penyempitan pembuluh darah dan tersumbatnya pembuluh darah ke jantung.
***
"Kalau saya menerima komisi dari you, bagaimana saya bisa mengawasi you," kata Adhyatma, Menteri Kesehatan. Lalu orang Semarang yang kini 56 tahun itu mengadakan berbagai perubahan di departemennya. Sasarannya jelas: memberantas korupsi, dan lebih memperhatikan kepentingan masyarakat. Itulah mengapa ia mengganti sejumlah pejabat teras, dan merencanakan satu keputusan penting: deregulasi obat. Tingginya harga obat adalah penyakit kronis di Indonesia. Dan itu terjadi antara lain karena perizinan dan perdagangan obat jadi sumber korupsi. Diperlukan seorang menteri yang berani. Adhyatma, terakhir sebagai dokter WHO untuk Asia Tenggara, tampaknya memenuhi syarat itu. Kalau tak akhir tahun ini, selambatnya tahun depan deregulasi bakal dilaksanakan.
***
"Mungkin baru minggu depan saya dilantik," kata Letjen. (purnawirawan) Wahono, 63 tahun. Tidak, ia tidak mengiyakan soal pencalonannya sebagai Ketua Golkar. Jawaban itu adalah tentang penunjukan dia sebagai Irjenbang. Memang, namanya tak terdengar dibicarakan masyarakat untuk memimpin Golkar.
Tapi dua minggu kemudian, bekas Pangdam Brawijaya dan bekas Gubernur Jawa Timur itu, yang ketika kecil dijuluki "jenderal", memang terpilih sebagai "jenderal Golkar" dalam Munas partai terbesar ini, 20-25 Oktober.
***
"Kami yakin, sesuai dengan jadwal, Rajawali bisa mengudara awal Oktober," kata Peter Gontha, Direktur PT Rajawali Citra Televisi Indonesia.
Dan Indonesia pun punya TV swasta, yang mulai mengunjungi pelanggannya awal November Inilah usaha Bambang Trihatmodjo, direktur utama PT tersebut.
Dengan modal US$ 90 juta, serta kerja sama dengan Yayasan TVRI, diharapkan siaran ini merupakan alternatif lain bagi pemirsa. Tentu, bagi pemirsa yang bersedia menjadi pelanggan yang membayar iuran bulanan dan sewa alat penerimanya, dan yang punya toleransi untuk "diganggu" iklan di tengah asyik nonton film yang lagi diputar.
***
"Jangankan dibantu, baru rencana saja saya sudah ditertawakan orang," tutur Nyi Eroh, 50 tahun, wanita perkasa dari Pasir Kadu, sebuah desa di kaki bukit, 17 km barat Tasikmalaya, Jawa Barat.
Maka, ia pun bergelatungan sendiri di tebing bukit, menatah cadas, membuat saluran. Selama 45 hari berturut-turut, menghabiskan 20 pahat, 20 martil, 20 linggis, dan 20 beliung dan cangkul hasil utang dan penjualan antingnya sendiri.
Akhirnya, orang pun percaya, 19 lelaki desanya ikut naik tebing, membantu. Dan suatu hari mengalirlah sebagian air Sungai Cilutung ke saluran itu, mengairi puluhan hektar sawah Dan Juni lalu ia pun diundang ke Jakarta, sebagai salah satu pemenang Kalpataru.
***
"Jika saksi-saksi mengaku menerima suap, si penyuap pasti terkena hukuman," kata Advokat Minang Warman, yang juga seorang pengurus PSSI.
Tahun ini soal suap dalam sepak bola ramai lagi. Jika Minang merasa perlu mengatakan itu, sebab untuk pertama kalinya tertuduh penyuap tahun ini adalah bekas ketua PSMS, Medan, Syarief Siregar. Anehnya, Syarief, yang juga seorang advokat, membela diri dengan menyebut bahwa undang-undang suap khusus dalam olah raga belum ada.
Ia lupa, atau tak mau tahu, bahwa UU Suap Nomor 11 tahun 1980 juga berlaku buat olah raga.
Dan tak cuma penyuap. Juga yang disuap, alias pemain bola itu sendiri, bisa dihukum. Ini bukan sekadar teori, berkas perkara para pemain yang disuap sudah di tangan penyidik Polda Sumatera Utara. Tinggal operan bola ke Kejaksaan Tinggi Sum-Ut, dan pasal-pasal suap akan, melanjutkan bola ke tempat semestinya.
***
"Sebagai kontraktor kami bisa saja bermasa bodoh. Sebagai warga masyarakat pemakai jalan, saya tak mungkin bermasa bodoh," kata Raka Sukawati, salah seorang eksekutif PT Hutama Karya yang membangun jalan layang Cawang-Tanjungpriok di Jakarta.
Maka, lahirlah konstruksi "Sosrobahu", konstruksi tiang jalan yang bahunya bisa…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
1993: BUKAN HANYA TAHUN MEGA & SYUGA
1994-01-08Kilas balik 1993 peritiwa di dalam dan luar negeri a.l.: pembunuhan marsinah, pemilihan presiden, petisi…
DEMOKRASI, PERTUMBUHAN EKONOMI, TAPI JUGA BENCANA
1993-01-02Sekilas peristiwa penting di tahun 1992 yang terjadi di dalam negeri danluar negeri dalam bentuk…
Kilas Balik 1991
1991-12-28Rekaman peristiwa sepanjang 1991. dalam bentuk foto. disertai pula pendapat para pejabat tinggi, atau tokoh…