Kelaparan: Jangan Lupakan Itu

Edisi: 35/23 / Tanggal : 1993-10-30 / Halaman : 60 / Rubrik : SEL / Penulis : BSU


Inilah sebuah tayangan iklan di televisi Brasil. Tampak di layar, adegan di satu ruang keluarga. Sepasang warga sedang makan malam mewah. Yang wanita mengenakan perhiasan mahal, sementara pasangannya bersetelan jas tak tercela. Mereka lalu menyeruput anggur diiringi denting musik. Adegan itu disela wajah si miskin. Seorang wanita berkulit gelap menggendong bayi tengah merenung di muka jendela. Kamera berhenti di sebuah piring kosong yang jatuh di lantai: "Kelaparan. Jangan lupakan itu".

Statistik Brasil terbaru memperlihatkan bahwa 32 juta rakyat Brasil, atau lebih dari seperlima penduduknya, melarat. Kelompok terbawah ini hanya berpenghasilan di bawah US$ 120 setahun -- sekitar Rp 250 ribu per tahun atau sekitar Rp 20 ribu per bulan. Dengan "kue kecil" ini, tak banyak pilihan memang. Bisa membeli makanan, tapi tak punya pakaian, obat, ongkos transpor. Atau bisa menyewa rumah, tapi kelaparan.

Sekitar 15 juta di antaranya malah menerima hanya sekitar Rp 125 ribu setahun. Dan 5 juta warga lagi tak menerima dalam bentuk uang, kecuali bekerja sekadar untuk memperoleh makan dan tempat tinggal. Dari keluarga-keluarga melarat ini, seperti umumnya di negara berkembang, lahirlah anak-anak jalanan.

Sementara itu, 20% kelompok orang terkaya penghasilannya 32 kali lipat dari 20% yang termiskin -- kesenjangan yang lebih besar bahkan dari negeri miskin seperti Bangladesh (di AS kesenjangannya 9:1, dan di Indonesia belum ada penelitian untuk itu). Itulah sebabnya Brasil disebut sebagai salah satu negara di dunia yang kesenjangan masyarakatnya terparah.

Setengah dari kelompok orang miskin ini, atau sekitar 15 juta orang, tinggal di kota. Mereka mengepung kota dengan kampung-kampung kumuhnya -- disebut favelas. Mereka hanya dapat melihat rumah-rumah mewah dari lereng bukit, wilayah favelas itu. Diperkirakan, 800 ribu dari 5,6 juta penduduk bernaung di pondok yang terbuat dari kaleng, kayu tripleks, dan eternit. Rumah yang dibangun dengan bahan dan tenaga seadanya itu suka bergoyang-goyang tertiup angin.

Di antaranya ada seorang wanita tak menikah yang punya lima anak. Sehari-hari ia bergelandang dengan dua dari empat anaknya, mencari makan. Si bungsu berusia setahun. Dulu wanita itu pernah mencoba menggugurkan jabang bayi kelima di rumah sakit. Tapi keinginannya ditolak rumah sakit kendati dia sudah mengatakan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…