Setelah Sang Ayatullah ; Iran Tanpa Khomeini

Edisi: 15/19 / Tanggal : 1989-06-10 / Halaman : 24 / Rubrik : LN / Penulis :


NEGERI para mullah berkabung. Jerit tangis melanda di seantero Irar, sementara semua masjid mengumandangkan ayat-ayat suci Quran. Jalanan pun berubah jadi lautan manusia berpakaian serba hitam. Dari mulut mereka terucap doa dan puji sanjung untuk Iman Khomeini, yang telah membebaskan Iran dari zaman "jahiliah'. Slogan-slogan revolusioner pun kembali bergema, diselingi ucapan Inna Lillahi wa Inna llaihi Rojiun. Ya, Iran, negeri para mullah itu, Minggu pagi pekan ini kehilangan Ayatullah Agung mereka, Ayatullah Uzma Rohullah Khomeini.

Jutaan manusia berdesakan agar bisa mendekat untuk terakhir kalinya pada orang yang mereka hormati itu, yang Senin pekan ini disemayamkan di Masjid Agung Teheran, dalam kotak kaca kehijauan, yang ditaruh di bangsal yang 10 meter tingginya. Mereka meraung-raung dan memukuli kepala atau dada, sesuai dengan tradisi Syiah untuk mengungkapkan perasaan dukacita, sebelum Khomeini dikuburkan Selasa pekan ini.

Mobil pemadam kebakaran ikut beraksi dengan menyemburkan air ke udara, untuk melindungi para pelayat dari sengatan panas matahari. Dikabarkan, 8 orang tewas terinjak-injak dan puluhan luka-luka.

Pemimpin spiritual tertinggi kaum Syiah Iran itu tak tertolong lantaran kena serangan jantung pada Sabtu malam pekan lalu, 12 hari setelah menjalani pembedahan lambung. "Khomeini adalah rahmat Allah. Dan rahmat Allah adalah abadi," ujar Ahmad Khomeini, putra sulung pemimpin besar itu, menyambut kematian Khomeini.

Dan kematian itu mengundang beragam reaksi dunia, di samping meninggalkan sejumlah masalah bagi Iran sendiri. Pernyataan dukacita tak cuma datang dari kaum Syiah di banyak negeri misalnya di Libanon dan Negara Bagian Kashmir, India. Bahkan Pakistan, yang mayoritas penduduknya penganut Suni, memberlakukan masa berkabung selama 10 hari.

Sebaliknya Irak malah bersukacita. Rasa permusuhan dengan Iran di negeri ini tampaknya masih tebal, meski perang sudah dihentikan beberapa waktu lalu. Kata Presiden Irak Saddam Hussein, "Saya tak menghendaki Khomeini cepat-cepat mati. Saya berharap agar dia menyaksikan rakyat Iran menumbangkan dirinya dengan hina. "

Salman Rushdie, penulis novel Ayat-Ayat Setan yang beberapa waktu lalu dijatuhi hukuman mati oleh Khomeini, ikut lega. Lewat seorang rekannya, pengarang Pakistan yang menjadi warga negara Inggris itu menyatakan akan segera meninggalkan tempat persembunyiannya. "Bersamaan dengan kematian Khomeini, hukuman itu otomatis tak berlaku," kata Kalim Sidiqi, dari Lembaga…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14

Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…

C
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14

Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…

M
Mandela dan Timnya
1994-05-14

Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…