Untung, Pemilu Masih Jauh

Edisi: 16/19 / Tanggal : 1989-06-17 / Halaman : 23 / Rubrik : NAS / Penulis :


TAK ada ledakan. Tak ada pula yang naik pitam. Semua berlangsung biasa. Tak ada kesan bahwa masalah yang sedang dibicarakan hari itu suatu soal yang amat sulit. Malah sempat terlihat beberapa anggota DPR terkantuk-kantuk. Ruang Graha Karana di Gedung DPR Senayan, Jakarta, yang sejuk itu memang cukup merangsang kantuk.

Padahal, Senin pagi lalu itu dimulailah sidang paripurna DPR untuk mendengarkan pemandangan umum fraksi-fraksi mengenai RUU (Rancangan Undang-Undang) Peradilan Agama (PA) yang disampaikan pemerintah ke DPR, 28 Januari yang lalu.

Semula banyak yang memperkirakan debat di DPR mengenai RUU ini bakal ramai. Soalnya, sejak Februari silam RUU ini menjadi pembicaraan serius di kalangan politikus di dalam dan di luar DPR. DPP Golkar, sebagai pemilik fraksi terbesar di DPR, disibukkan dengan pertemuan-pertemuan intern untuk merumuskan pendapat terhadap RUU itu.

Itu terjadi terutama setelah di luar beredar sebuah makalah intern yang disusun oleh kalangan yang kurang setuju pada eksistensi RUU itu. Mereka menuduh bahwa RUU yang menggunakan hukum Islam itu sebagai bentuk lain dari usaha merealisasikan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?