Bila Flamboyan Dirubung Tunanetra
Edisi: 16/19 / Tanggal : 1989-06-17 / Halaman : 37 / Rubrik : PDK / Penulis :
WIDODO, siswa SLB (Sekolah Luar Biasa) Bayeman, Yogyakarta, tampak ceria. Ia memanggil teman-temannya. "Pohon flamboyan itu lucu, ya? Pohonnya besar tapi daunnya kecil," katanya agak keras. Teman-temannya, sesama tunanetra, merubung. Mereka asyik meraba daun dan pohon yang tadi dipegang Widodo. Nova, siswi SLB Yaketunis Yogyakarta, nyeletuk, "Aneh juga, ya? Bayangan saya daun flamboyan lebar-lebar, wong kembangnya saja bergerombol dan pohonnya bisa besar, kok."
Rektor UGM Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, yang sedari tadi memperhatikan anak-anak ini, meminta Widodo membaca papan informasi. Siswa itu pun membaca lewat jarinya: "Flamboyant. Bolemix Reqia. Famili Caesalpiniacae." Tepuk tangan bergemuruh.
Itulah suasana ceria -- dan sekaligus mengharukan untuk sebagian orang -- yang terjadi Senin pekan lalu di hutan Fakultas Kehutanan UGM, yang hanya beberapa meter dari gedung pusat kampus itu. Hari itu, Rektor UGM meresmikan hutan seluas dua hektar itu sebagai Taman Flora Braille "Pardiyan", yakni hutan pendidikan lingkungan untuk kaum tunanetra. Pada upacara peresmian itu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Wajib Pajak atau Beasiswa?
1994-05-14Mulai tahun ajaran ini, semua perguruan tinggi swasta wajib menyisihkan keuntungannya untuk beasiswa. agar uang…
Serba-Plus untuk Anak Super
1994-04-16Tahun ini, sma plus akan dibuka di beberapa provinsi. semua mengacu pada model sma taruna…
Tak Mesti Prestasi Tinggi
1994-04-16Anak cerdas tk menjamin hidupnya kelak sukses. banyak yang mengkritik, mereka tak diberikan perlakuan khusus.…