Kerajaan Film Impor

Edisi: 21/19 / Tanggal : 1989-07-22 / Halaman : 79 / Rubrik : FL / Penulis :


CINEPLEX, alias bioskop kembar dempet dengan ukuran mini, memang banyak menolong pencandu film. Sekarang orang blsa menonton film yang sesuai dengan selera masing-masing, tanpa harus berpisah jauh dari sang istri, suami, atau anak. Maklum, "si kembar" makin menjamur di berbagai penjuru. Di seluruh Indonesia, kini tercatat 66 cineplex. Mulai dari yang berlayar dua hingga berlayar tujuh.

"Tak bisa diingkari lagi, itulah tuntutan konsumen," kata Johan Tjasmadi, Sekjen Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI). Kelak, katanya lebih lanjut, cineplex empat layar mungkin sudah takkan mampu lagi menampung selera penonton Indonesia. Jadi, jangan heran kalau akan muncul kembar-kembar berlayar 20, misalnya. Johan berani memastikan, di akhir Pelita V, Indonesia akan memiliki 2.000 cineplex, dengan total 5.000 layar.

Seperti yang digunjingkan orang, yang pasti PT Subentra (perusahaan patungan antara Sudwikatmono dan Benny Suherman) merupakan yang paling beringas dalam membuat bioskop kembar. Buktinya, label 21 alias Tweny One semakin bertebaran. Dari 66 cineplex, mungkin untuk sementara, ada 15 bioskop yang nama belakangnya menggunakan nomor 21. Walhasil, pengelolaan bioskop-bioskop tersebut sepenuhnya berada di tangan Subentra.

Akan halnya 41 bioskop lainnya, yang tidak menggunakan nama 21, menurut sebuah sumber, merupakan usaha bagi hasil antara Subentra dan bioskop lama. Dan tampaknya, kata yang empunya cerita, jumlah bioskop bagi hasil seperti ini akan terus bertambah, "Sebab, Subentra sangat aktif dalam melakukan pendekatan pada pengusaha-pengusaha bioskop lama."

Contohnya, bioskop tiga zaman, Megaria, yang kini telah tukar nama menjadi Metropole 21. Pada usianya yang ke-40 (Megaria didirikan tahun 1949), bioskop legendaris ini terpaksa pindah tangan pada Subentra. "Ketimbang bangkrut, ya mendingan kami sewakan," kata sang direktur yang mewakili pemilik Megaria.

Kenapa bangkrut? Awalnya tahun 1985, ketika Asosiasi Importir Film Mandarin (yang diketuai oleh Sudwikatmono sebagai pemilik PT Suptan) bergabung dengan Asosiasi Film Eropa-Amerika. Entah, apa sebabnya. Yang jelas, tak lama kemudian, Asosiasi Film Asia Non-Mandarin pun ikut bergabung. Nah, di sinilah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Sebuah Film untuk Mutiari dan Lain-Lain
1994-04-30

Sutradara: jim sheridan. skenario: terry george, jim sheridan. aktor: daniel day-lewis, emma thomson, pete postlethwaite.…

M
Madonna, Kejujuran dan Ketelanjangan
1994-01-22

Sutradara: alek keshishian. produksi: propaganda film. resensi oleh: leila s chudori

R
Robin Hood Pelesetan
1994-01-22

Sutradara: mel brooks. skenario: mel brooks, evan chandler, david shapiro. pemain: cari elwes, richar lewis,…