MELANGKAH SEIRING BERJAYA BERSAMA

Edisi: 31/19 / Tanggal : 1989-09-30 / Halaman : I- / Rubrik : PWR / Penulis :

KELOMPOK Pembangunan Jaya rupanya termasuk kelompok bisnis yang anti KB. Buktinya, betapa rajinnya mereka menciptakan anak. Pada penutup September ini, di usia Jaya ke-28, kelompok ini telah melahirkan anak mereka yang ke-59. Itulah Bank Pembangunan Jaya -- atau singkatnya Jayabank -- anak perusahaan yang bergerak di bidang perbankan.

Bendera kelompok Pembangunan Jaya pertama kali dikerek pada tanggal 3 September 1961 dengan berdirinya PT Pembangunan Jaya. Ibarat benih tumbuhan, perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi ini tidaklah jatuh ke tanah yang subur. Situasi pembangunan di masa itu tak bisa dibilang menggembirakan. Dan modal yang dimiliki Ciputra, insinyur muda lulusan ITB, hanyalah semangat dan motivasi.

Tapi ketiadaan modal tak membuat Ciputra menyerah. Bersama beberapa rekannya, ia menawarkan suat konsep inovasi tatakota. Setelah bertemu dengan Gubernur DKI waktu itu Soemarno, Ciputra pun diminta membuat usulan pembenahan Pasar Se nen, pusat perbelanjaan yang waktu itu sudah tak mampu lagi menam pung para pedagang kecil yang semakin berjejal bak ikan pindang. Setelah usulan terinci lengkap dengar studi kelayakan dan perkiraan biaya yang realistis disetujui, Proyek Senen pun dilaksanakan. Pasar yang semrawut itu berganti menjadi bangunan bertingkat yang dikelilingi lapangan parkir yang teratur. Hingga kini pasar itu masih terus dilengkapi dan disempurnakan sehingga menjadi pusat belanja yang nyaman.

Proyek Senen tahap pertama baru saja selesai ketika muncul tantangan berikutnya, membangun Proyek Ancol. Di awal tahun 1960-an Ancol masih merupakan hutan rawa bakau yang menjadi sarang nyamuk dan monyet, serta tempat persembunyian para pelanggar hukum. Begitu tak populernya kawasan Ancol sehingga kebanyakan orang cenderung menghindari daerah 'liar' ini. Tapi mata visionis Ciputra melihat suatu peluang menantang.

"Jakarta adalah kota pantai, dan satu-satunya pantai yang dekat dengan kawasan permukiman adalah Ancol. Kita bisa mengembangkan Ancol menjadi pantai yang nomor satu. Itu akan menjadi pantai emas," uja Ci. Kemudian hari orang dapat menyaksikan bukti ketajaman penglihatan mata batin Ciputra. Monyet liar Ancol telah disulap menjadi bekantan manis yang bertengger di Dunia Fantasi. Kini Ancol bukan lagi kawasan menakutkan yang dihindari, melainkan Taman Impian yang setiap tahunnya dikunjungi lebih dari 9 juta orang per tahun, dan memasukkan penghasilan sekitar Rp 36 milyar. Taman Impian Jaya Ancol telah memperoleh penghargaan 'Kelapa Emas', anugerah tertinggi di bidang pariwisata Indonesia, untuk upaya mereka memberikan hiburan, menjaga kebersihan ketertiban dan keamanan di kawasan rekreasi tersebut.

Tapi perjalanan hidup memang tak semulus jalan tol. Apalagi suasana kacau pasca peristiwa G-30-S/PKI sangatlah tidak menguntungkan pertumbuhan Jaya yang masih balita. Koridor krisis pertama, 1966, dilalui Pembangunan Jaya. Namun hantaman berulang kembali ketika Proyek Senen dimangsa api dalam peristiwa Malari, 1974. Gelombang besar ketiga menerjang di tahun 1986. Pemerintah menurunkan anggaran pembangunannya. Padahal, pemerintah merupakan 75% pemakai jasa ini. Itulah titik nadir sektor jasa konstruksi. Sektor real estate dan jasa konstruksi langsung menggelepar mati angin. Dalam situasi seperti itulah Pembangunan Jaya harus merangkak dan survival mempertahankan eksistensinya.

Tanpa manajemen yang handal, dan tekad pantang menyerah segenap pimpinan Jaya, sukar dibayangkan bahwa Jaya bisa bertahan sampai 28 tahun kemudian. Bahkan tumbuh dan berkembang menjadi 59 perusahaan yang menyerap…

Keywords: -

Rp. 15.000