Bank Yang Tumbuh Dari Masyarakat...
Edisi: 36/19 / Tanggal : 1989-11-04 / Halaman : 1-8 / Rubrik : PWR / Penulis :
Melayani Aneka Kebutuhan Segala Lapisan
ADA kejutan dalam dunia perbankan di awal November tahun lalu. Setelah selama 15 tahun (1973-1988) tak satu pun bank yang menjadi bank devisa, tiba-tiba Bank Danamon disetujui menjadi bank devisa. Hanya seminggu setelah keluarnya Pakto 27, kebijakan deregulasi perbankan itu.
Dengan Pakto 27 memang syarat-syarat menjadi bank devisa dipermudah. Misalnya tak perlu lagi melakukan 6 kali merjer, yang setiap kalinya bisa menyita biaya sampai Rp 35 milyar. Yang penting, asal bank itu bisa memenuhi beberapa kreteria sehat yang ditetapkan BI, bank ini diizinkan menjadi bank devisa. Bank Danamonlah yang pertama memecahkan masa vakum itu. Tentunya penunjukan oleh BI ini tidak dilakukan sembarangan. Dan persetujuan BI itu keluar hanya 4 hari setelah pengajuan oleh Bank Danamon. Tentunya ini merupakan prestasi yang pantas dicatat.
BI menetapkan tiga syarat untuk menjadi bank devisa. Pertama, selama 24 bulan terakhir bank tersebut harus tergolong sehat. Maksudnya, selama kurun waktu tersebut, bank itu senantiasa dapat memenuhi standar pembinaan BI yang ketat. Kedua, selama 6 bulan terakhir volume usahanya minimal harus mencapai Rp 100 milyar. Dan, ketiga, dana pihak ketiga yang terserap -- misalnya giro dan deposito -- serta pinjaman yang disalurkan sekurang-kurangnya harus mencapai Rp 80 milyar dan 75 milyar. "Paket yang mengatur bank devisa ini memang cukup lengkap, sehingga kami tak sulit memenuhi persyaratannya," ujar Drs. Jusuf Arbianto Tjondrolukito (48 tahun), Direktur Pelaksana Danamon.
Di sela membludaknya bank-bank yang menjadi bagian dari suatu kelompok usaha, Danamon termasuk satu dari sedikit sekali bank yang menolak menjadi bagian dari konglomerat. Pimpinan bank Danamon khawatir tak dapat berlaku adil terhadap seluruh nasabah kalau menjadi bagian dari grup perusahaan. Mereka ingin menghindari konflik kepentingan antar nasabah. "Bila anak sendiri sedang terjepit, kami khawatir tak sampai hati dan mendahulukan anak sendiri daripada nasabah lainnya," kata Usman Admadjaja (42 tahun), Komisaris Utama Danamon.
"Kalau mau maju, orang memang tak boleh separuh-separuh," ujar R. Bientarno (63 tahun), Direktur Utama Danamon. Sewaktu memulai usahanya Danamon baru memiliki 6 cabang, kini jaringannya telah menjadi 44 cabang yang terentang di 14 kota di Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Total asetnya kini telah mencapai lebih dari Rp 1 trilyun, kreditnya mencapai Rp 674,5 milyar dan jumlah karyawannya 2.300 orang.
Danamon menetapkan sasaran bahwa pada tahun 1989 nanti, layanannya harus telah dapat dinikmati melalui 60 cabangnya di seluruh ibu kota provinsi di Indonesia. Dan akhir 1990, Danamon harus sudah siap berkiprah lewat 100 cabangnya yang tersebar di setiap kotamadya. "Sesudah itu, Danamon akan melangkah ke luar negeri," ungkap Usman.
Sebagai bank devisa, selama ini Danamon mempunyai ratusan bank korespondensi yang tersebar di pusat-pusat niaga seantero dunia, di Asia, Eropa Barat, Amerika, dan Australia. Dengan jaringan bank koresponden seluas ini, peranan Danamon dalam membantu transaksi ekspor dan impor tak bisa dikesampingkan. Untuk ekspor, misalnya, omsetnya setiap bulan rata-rata mencapai US$ 15 juta. Sedangkan untuk impor US$ 20 juta. Komoditi…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
MELANGKAH MAJU dengan KESUNGGUHAN HATI
1994-03-12Ekspor anak perusahaan surya dumai group ini sudah menjangkau ke 27 negara. pertumbuhan penjualan dan…
Yang dibutuhkan pelaku bisnis: Color Pages Indonesia
1994-03-26Segera terbit color pages indonesia. katalog tentang building materials dan equipments, dengan informasi yang lengkap…
BIARKAN KAMI MENYELESAIKAN MASALAH ANDA
1994-01-29Biro administrasi efek (bae) pertama di indonesia. memberikan jasa layanan bagi perusahaan yang akan dan…