Bagong Memang Gendeng
Edisi: 37/19 / Tanggal : 1989-11-11 / Halaman : 46 / Rubrik : TAR / Penulis :
GENDENG! Begitulah mungkin komentar para priayi Keraton Surakarta dan Yogyakarta bila mereka menyaksikan pergelaran di Purna Budaya Yogyakarta, 30 dan 31 Oktober lalu. Betapa tidak! Bedhaya Gendheng, yang mengawali tontonan maraton 10 karya Bagong Kussudiardjo terbaru, benar-benar anjlok dari rel tradisi bedaya yang, di kedua keraton itu, sangat diagung-agungkan. Bahkan, beberapa bedaya dianggap sangat keramat, seperti Bedhaya Ketawang dari Surakarta dan Bedhaya Semang dari Yogyakarta. Begitu keramatnya, sampai ada kitab-kitab yang mengesahkannya.
Serat Weda Pradangga dari Surakarta mengabsahkan bahwa Bedhaya Ketawang hanya dipertunjukkan untuk upacara penobatan Susuhunan -- konon, gending untuk mengiringi tari keramat ini dicipta oleh Sultan Agung dan disempurnakan oleh Sunan Kalijaga. Tarinya yang lemah gemulai disusun oleh Kanjeng Ratu Kencana Sari atau Kanjeng Ratu Kidul. Latihannya, sampai sekarang, hanya diselenggarakan pada setiap hari Selasa Kliwon.
Keraton Yogyakarta melegitimasi Bedhaya Semang lewat Serat Babad Nitik. Babad ini memberitakan, ketika Kanjeng Ratu Kidul mempersembahkan tari yang dibawakan sembilan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Diversions: Khas, Cerdas, dan Nakal
1994-02-05Sedang tumbuh di eropa grup-grup tari kelompok kecil. salah satunya yang datang di jakarta pekan…
Yang Terbebani dan Tak Terbebani Tradisi
1994-01-29Sembilan penata tari pemenang lomba tari dinas kebudayaan dki jakarta mementaskan karya masing-masing di tim.…
Baguru ka Alam Tradisi
1994-06-04Untuk ke sekian kalinya gumarang sakti diundang dalam festival internasional. tak salah pendekatan gusmiati pada…