Idham Chalid Turun Gunung
Edisi: 39/19 / Tanggal : 1989-11-25 / Halaman : 30 / Rubrik : NAS / Penulis :
BAK pendekar yang sudah lama bertapa, tiba-tiba ia sekarang turun gunung. Maka, dunia persilatan pun ramai bukan kepalang. Begitulah ketika nama ldham Chalid mendadak muncul dan disebut-sebut sebagai salah satu calon kuat menggantikan Rais Am K.H. Achmad Siddiq dalam Muktamar NU di Krapyak, Yogyakarta, 25-28 November ini.
Idham, 68 tahun, memang sudah lama hilang dari peredaran. Sejak Muktamar NU ke-27 di Situbondo, Jawa Timur, 1984, yang memutuskan NU keluar dari gelanggang politik, tokoh NU paling piawai dalam percaturan politik itu seakan dilupakan orang.
Baru dua bulan menjelang Muktamar, akhir September lalu, namanya kembali terdengar. Mula-mula, ia tampil dalam perayaan peringatan Maulid dan khitanan masal di pesantrennya di Cipete, Jakarta Selatan. Dalam acara itu hadir Menteri Agama Munawir Sjadzali, Menteri Penerangan Harmoko, dan Ketua DPD Golkar Jakarta Basofi Sudirman.
Lantas, Sabtu dua pekan lampau, Idham diterima Wakil Presiden Sudharmono. Ia berhasil mengundang Sudharmono membuka Muktamar Jamiyah Ahli Tariqat Mu'tabarat, perkumpulan tarekat NU, di Mranggen, Demak, Rabu pekan ini.
Memang di berbagai koran terbitan minggu lalu bisa dibaca pernyataan Idham yang menegaskan ketidaksediaannya dicalonkan sebagai Rais Am NU dalam Muktamar mendatang. "Kesehatan saya tak memungkinkan untuk menerima jabatan itu," katanya.
Dalam usia sekarang, ditambah kondisi fisik yang mulai rapuh, apa yang disebutkan Idham cukup beralasan. Tapi banyak orang tetap meragukan pernyataan tersebut, terutama mereka yang mengenal politikus kawakan ini. Kenapa? Penolakan seperti itu sesuatu yang biasa dalam tradisi NU, sehingga sulit ditafsirkan bahwa Idham sungguh-sungguh menampik untuk dicalonkan.
Malah kalau ada tokoh yang mencalonkan diri secara terbuka menjelang Muktamar bahkan dianggap melanggar etika muruah yang sampai sekarang masih mentradisi dalam organisasi Islam terbesar ini. Lihat saja kasus gagalnya K.H. Anwar Musaddat sebagai rais am dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama NU di Kaliurang.
Sejumlah tokoh NU berkumpul di kubu Idham, karena ia dikenal sebagai politikus berpengalaman. Itu pula, antara lain, yang menyebabkannya bisa menjadi orang paling lama berada di tampuk kepemimpinan NU. Ia menjadi Ketua Umum NU selama 28 tahun,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?