Mereka Ditelepon Dari Cendana
Edisi: 04/18 / Tanggal : 1988-03-26 / Halaman : 33 / Rubrik : NAS / Penulis :
Akbar Tanjung
Tiba giliran nama Akbar Tanjung disebut Presiden Soeharto - ketika pengumuman kabinet baru - maka suasana tegang itu pun lumer. Nina, yang duduk di atas sofa di samping Akbar, memeluk dan mencium sang suami.
Ada sekitar 30 hadirin, terdiri atas kerabat dekat, beberapa tokoh pemuda, dan wartawan, menyesaki rumah yang tak begitu besar di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, itu. Mereka berebutan menyalami Akbar. Malam itu, tokoh Golkar - itu diumumkan Presiden sebagai menteri pemuda dan olah raga. menggantikan Abdul Gafur.
Yang dilakukan Akbar - dengan mata yang agak basah - segera setelah pengumuman Presiden itu adalah memutar nomor telepon rumah Menpora Abdul Gafur. "Untuk tugas saya ini, saya tetap minta petunjuk Abang," katanya. Dan dari seberang Gafur sempat berucap, "Saya senang sekali, kamu yang menggantikan saya."
Politikus muda Golkar ini memang sudah santer disebut-sebut akan menduduki jabatan itu, setelah sebagai Sekretaris F-KP MPR dia tampak menjadi operator penting Golkar di Sidang Umum MPR. "Dipercaya untuk peran begitu di Sidang Umum saja, sebenarnya saya sudah begitu puas," katanya sehari setelah Sidang Umum usai.
Tapi Jumat sore pekan lalu, di rumahnya, sang isrri, Nina atau nama lengkapnya Raden Ayu Krisnina Maharani, 28 tahun, menerima telepon dari kediaman Presiden di Jalan Cendana. Isinya, mengundang Akbar agar menghadap Pak Harto malam itu juga.
Nina segera menyusul Akbar ke kantor harian Pelita, di Jalan Jenderal Sudirman (Akbar adalah pemimpin redaksi koran itu), menyampaikan kabar tadi. Sekitar pukul 21.30, Akbar dan Siswono - yang juga sudah menunggu di sana - menghadap Kepala Negara. Sebelumnya, Pak Harto menerima Letjen. Soegiarto, Kasospol ABRI.
Dalam pertemuan sekitar setengah jam itulah, Kepala Negara meminta Akbar dan Siswono membantu mandataris MPR itu untuk lima tahun mendatang. Akbar disebut Presiden akan ditugasi sebagai menpora.
Agaknya, jabatan baru itu cukup pas buat Akbar, 42 tahun, yang dilahirkan di Sibolga, Sumatera Utara, tapi lembut bertutur sapa. Insinyur elektro dari UI yang punya hobi berenang itu sudah kenyang berkecimpung di organisasi pemuda. Dia adalah Ketua Umum PB HMI 1971--1974, dan turut menandatangani deklarasi pembentukan KNPI. Sejak 1974, ia terpilih menjadi salah satu ketua DPP KNPI, dan empat tahun kemudian menjabat ketua umum organisasi itu untuk satu periode.
Akbar, atau nama lengkapnya Djandji Akbar Zahiruddin Tanjung, menjadi anggota DPR sejak 1977 mewakili Golkar. Dan sejak Munas Golkar lima tahun yang lalu, dia menduduki jabatan Wakil Sekjen DPP Golkar. Punya dua anak, masih kecil, dari Nina, putri Solo yang dinikahinya tujuh tahun yang lalu. Sang istri masih kuliah di tingkat akhir FISIP UI Jakarta.
Sarwono Kusumaatmadja
Penampilannya sederhana. Tapi di balik itu, Sarwono Kusumaatmadja, 44 tahun, dikenal pandai. Mampu mengemukakan pikiran secara runtut dan jernih. Wajar kalau karier politiknya terhitung membubung pesat.
Langkahnya sebagai aktivis mahasiswa dimulai ketika ia menjabat sebagai ketua dewan mahasiswa ITB, 1967-1968. Ia, selain aktif pada Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB), kemudian terjun di Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia. Sarwono juga aktif menulis. Ia sempat menjadi wartawan mingguan Mahasisqa Indonesia sebelum menjadi anggota DPR-RI pada 1971, jabatan yang terus disandangnya hingga sekarang.
Sebagai anggota DPR, Sarwono termasuk jenis langka, karena ia suka bicara terbuka dan pemikirannya kadangkala melawan arus. Ia, misalnya, pernah mengecam KNPI yang dianggapnya terlalu bergantung pada Golkar. Kepandaiannya bersilat lidah ini rupanya dimanfaatkan oleh Golkar dengan mengangkatnya sebagai Sekretaris F-KP yang, menurut Sarwono, merupakan jabatan "corong Golkar" itu.
Rupanya, insinyur sipil ini sukses menjadi corong. Terbukti pada 1983 ia terpilih menjadi Sekjen DPP Golkar. Kendati, boleh dikata, memangku jabatan nomor dua di partai politik terbesar ini, Sarwono ternyata tetap bersahaja. Ia memberi warna lain pada cara kampanye Golkar yang biasanya penuh…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?