Mafia Asuransi: Membunuh Untuk ...
Edisi: 07/18 / Tanggal : 1988-04-16 / Halaman : 82 / Rubrik : KRI / Penulis :
SESOSOK mayat yang diduga mati karena tenggelam ditemukan masyarakat di semak-semak di pinggir pantai Kairatu, Pulau Seram. Wajah mayat itu rusak karena lebih dari sehari semalam tertelungkup di pasir. Begitu juga sidik jarinya. Tapi di kantung celananya ditemukan identitas berupa KTP sementara atas nama Bambang Wicaksono, beralamat Kelurahan Tipes, Solo.
Mayat itu setelah diperiksa polisi Polsek Piru - jantungnya diambil dan dikirim ke Labkrim Ujungpandang - lalu dikuburkan. Beberapari kemudian, seorang "ahli waris" Almarhum, Gregorius Ustanto, datang dari Solo ke Piru, diantar Mayor Pol. Made Ratmara, Kasubdit Serse Umum merangkap Komandan Provost Polda Maluku. Ustanto meminta visum kematian Bambang dari puskesmas dan polisi setempat.
Tidak disangka-sangka, ternyata semua itu hanya sebuah sandiwara yang diatur oleh sebuah mafia asuransi. Seorang mengaku bernama Bambang Wicaksono, sebelumnya diasuransikan jiwanya oleh komplotan itu ke tiga perusahaan asuransi di Jakarta sebesar US$ 2,5 juta, dan di beberapa perusahaan asuransi lagi di Singapura.
Setelah itu, komplotan tadi membunuh seorang lainnya, Yusak Suroso - dengan identitas Bambang Wicaksono - di perairan Ambon dan membuang mayatnya di Kairatu. Lebih mengagetkan lagi, seperti diumumkan Direktur Reserse Mabes Polri, Kol. Pok Koesparmono Irsan, Selasa pekan lalu, selain melibat beberapa pengusaha, mahasiswa, dan seorang dokter, komplotan itu dipimpin seorang perwira polisi, Mayor Made Ratmara tadi.
Mafia asuransi itu terbongkar bermula dari kedatangan beberapa pengacara dari Kantor Pengacara Gani Djemat, selaku kuasa tiga perusahaan asuransi: New Hampshire, Nasuha, dan Vita Life, ke kantor Koesparmono, pada akhir Februari lalu. Pengacara itu menyampaikan kecurigaan atas kematian Bambang Wicaksono, nasabah ketiga perusahaan asuransi itu.
Kecurigaan itu berdasarkan data bahwa Almarhum sebelum meninggal sudah membuat testamen, dengan akta notaris, yang menyebutkan ahli warisnya Gregorius Ustanto dan pesan: "Kalau ia mati mayatnya harap dibakar dan abunya dibuang ke laut."
Reserse kawakan itu seketika curiga. "Agamanya Islam, kok, mayatnya harus dibakar," kata Koesparmono. Koes segera mengumpulkan stafnya. Ia memutuskan mengirim seorang perwira penyidik, Mayor Drs. Alex Bambang Riatmodjo, S.H. Tersebut terakhir berangkat ke Ambon secara diam-diam - tanpa melapor ke Polda setempat. Alex terpilih karena ia, yang menyelesaikan sarjana hukumnya di Universitas Pattimura, dianggap menguasai medan di Maluku. Koes bukan tidak khawatir akan risiko yang dihadapi anak buahnya itu. Sebab itu, sebelum Alex berangkat, ia mengaku bersembahyang tahajud. "Saya sampai menitikkan air mata," katanya.
Keesokan harinya, 4 Maret lalu, Alex Bambang - lulusan Akabri 1977 - sampai di Ambon. Ia melacak…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Genta Kematian di Siraituruk
1994-05-14Bentrokan antara kelompok hkbp pimpinan s.a.e. nabanan dan p.w.t. simanjuntak berlanjut di porsea. seorang polisi…
Si Pendiam Itu Tewas di Hutan
1994-05-14Kedua kuping dan mata polisi kehutanan itu dihilangkan. kulit kepalanya dikupas. berkaitan dengan pencurian kayu…
KEBRUTALAN DI TENGAH KITA ; Mengapa Amuk Ramai-Ramai
1994-04-16Kebrutalan massa makin meningkat erat kaitannya dengan masalah sosial dewasa ini. diskusi apa penyebab dan…