Melawan Neo-porkas ; Desa-desa Mati Karena Angan-angan ?

Edisi: 19/18 / Tanggal : 1988-07-09 / Halaman : 22 / Rubrik : NAS / Penulis :


AKAN berakhirkah nasib KSOB dan TSSB ? Belum tentu.

Banyak orang terlibat di dalamnya. Di lapis bawah, ada sebangsa abang becak yang menggunakan uangnya yang terbatas untuk membcli kertas-kertas tebakan berhadiah itu. Di lapis atas, para pengurus dan pejabat menyalurkan dana yang tersedot dari bawah itu untuk "sumbangan" bagi olah raga dan lain-lain. Tentu saja, sementara itu, ada yang ikut menikmati gemuknya jumlah uang yang datang ke Jakarta dan pelosok-pelosok itu, yang jumlahnya diperkirakan sampai beberapa milyar rupiah per bulan.

Tapi toh dana "impian" itu kini mendapat tekanan berat. Pekan lalu, Fraksi Karya Pembangunan meminta pemerintah meninjau dan meneliti kembali kelanjutan dua jenis undian itu. Fraksi pemegang-suara mayoritas di DPR itu -- karena menduduki 299 dari 500 kursi mengambil kesimpulan itu, setelah melihat dampak yang ditimbulkan KSOB dan TSSB, melalui semacam pemantauan di lapangan.

Hasil pemantauan itu, menurut Ketua F-KP, Soeharto, sudah dilaporkan kepada Ketua Umum DPP Golkar, Sudharmono. "Beliau hanya memesankan agar kita mengikuti terus perkembangan KSOB di masyarakat. Kalau ada masukan-masukan baru kita diharap memberi masukan kepada pemerintah," kata Soeharto kepada TEMPO. Ketua F-KP itu tak menyebutkan kapan laporan itu disampaikan kepada Ketua Umum DPP Golkar. Yang pasti, sampai awal pekan ini, suara F-KP tetap tegas.

Mereka yang duduk dalam fraksi itu menunjukkan bahwa undian itu ternyata merasuk sampai ke desa-desa. Uang pun terkuras dari sana, semangat kerja pun melemah. Dengan terserapnya setiap bulan uang "bermilyar-milyar rupiah" dari daerah, timbul kelesuan dunia usaha. Pemasukan pajak, terutama PBB, dan berbagai jenis pajak daerah lainnya yang obyeknya di pedesaan, turun. Swadaya masyarakat merosot.

Dampak lainnya, kata F-KP, undian-undian itu bisa pula memelorotkan etos kerja masyarakat, termasuk pegawai negeri. Disiplin nasional terancam. Hal yang serupa menimpa para pemuda dan pelajar yang ikut kecanduan KSOB dan TSSB.

Menurut F-KP pula, para siswa yang kecanduan undian bisa dihinggapi sikap suka untung-untungan. Ini tak mendukung usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melihat itu semua, "Fraksi kami sangat khawatir," kata Abdul Latief, juru bicara F-KP, ketika menyampaikan pendapat akhir fraksinya dalam sidang komisi APBN, Kamis pekan lalu.

Itu bukan satu-satunya suara. Sebelumnya, F-KP secara resmi sudah menyampaikan pernyataan sikap yang sama, kepada pers, melalui juru bicara fraksi Rachmat Witoelar, Senin pekan lalu. Setelah F-KP, dalam pendapat akhir di sidang komisi APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara) pula, fraksi dari tanda gambar "Bintang", F-PP, juga bersuara lantang, mendukung suara F-KP. Karena suara mayoritas sudah seperti itu, kata juru bicaranya, H. Ali Sofwan, pemerintah "kiranya" perlu memperhatikan suara dewan ini "dengan baik".

Suara serupa juga dilontarkan oleh Budi Hardjono, mewakili F-PDI, alias tanda gambar "Banteng". Singkat kata, kritik ditembakkan ke arah dana pengembangan olah raga dengan cara tebakan berhadiah. Kritik ini juga pernah deras terdengar sampai tahun 1987, ketika tebakan itu masih disebut "porkas" (dari kata Inggris forecast). Pemerintah pun akhirnya mengubah Porkas dengan "kupon sumbangan olahraga berhadiah" atau KSOB ini -- sebuah undian yang diharapkan kurang berdampak negatif.

Toh tampaknya KSOB ini akhirnya juga dilihat sebagai "neo-porkas". Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang dua tahun yang lalu pernah meminta pemerintah untuk meneliti dampak Porkas, kini menyampaikan kesimpulan. "Ternyata, mudarat TSSB dan KSOB itu lebih banyak dari manfaatnya," kata Ketua MUI K.H. Hasan Basri. "Maka, keduanya adalah judi,"…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?