7000 Pasukan Yang Mengagetkan ...

Edisi: 31/18 / Tanggal : 1988-10-01 / Halaman : 30 / Rubrik : NAS / Penulis :


SEBUAH pesawat Dakota AURI baru saja lepas landas dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, di pinggiran timur Jakarta. Pesawat ini membawa Ketua PKI, Aidit, dengan sejumlah kecil rombongan. Di malam buta itu mereka terbang menuju Yogya.

Tak berapa lama lagi sebuah Hercules C-130 menyusul mengudara. Pesawat angkut militer berbaling-baling empat ini menerbangkan Menteri/Panglima Angkatan Udara Laksamana Madya Omar Dhani, beserta sejumlah staf.

Yang dituju ialah Pangkalan Udara Utama (Lanuma) Iswahyudi, di Madiun, Jawa Timur, basis terkuat AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia). Di sana ada pesawat tempur termodern yang dimiliki AURI pada masa itu, seperti pesawat pemburu MiG 21 dan pengebom TU 16, buatan Uni Soviet.

Kesibukan itu, yang terjadi di pangkalan AURI itu pada pukul 01.30 dinihari, 2 Oktober 1965, menandai bangkrutnya Gerakan 30 September. Sebab, kaburnya para tokoh ini merupakan pertanda bahwa Halim Perdanakusuma -- basis mereka sudah sulit dipertahankan.

Memang Omar Dhani tak langsung menuju Madiun. Pesawatnya berputar-putar di udara dan melalui komunikasi radio ia menghubungi petugas pangkalan udara mencari tahu situasi di Halim. Ia juga sempat menghubungi pihak Kostrad, memberi peringatan agar mengurungkan rencana menyerang Halim Perdanakusuma, sebab daerah itu berada di bawah penguasaan AURI.

Panglima AURI ini baru mendarat di Iswahyudi, Madiun, setelah bertahan di udara selama enam jam. Itu setelah ia tahu pasti bahwa Pangkalan Halim Perdanakusuma sudah jatuh ke tangan pasukan Kostrad.

Ketika pesawat Omar Dhani meninggalkan landasan, Halim Perdanakusuma memang sudah dikepung oleh pasukan Kostrad (Komando Strategis Angkatan Darat) yang dipimpin Panglima Kostrad, Mayjen. Soeharto (kini presiden). Dari arah barat, Jakarta By Pass (kini Jalan D.I. Panjaitan) dan Cililitan, sudah bergerak pasukan Batalyon 328, Kujang, Siliwangi, dengan diperkuat satu kompi pasukan tank. Sementara itu, lima kompi RPKAD (kini Kopassus), yang terdiri atas sekitar 600 orang, menjepit dari arah Klender, di utara.

Sebuah malam yang menegangkan. Ketika, sebelumnya, Komandan Resimen RPKAD Kolonel Sarwo Edhie Wibowo meminta izin pada Mayjen. Soeharto untuk menyerbu Halim Perdanakusuma, di Markas Kostrad, malam itu, Jenderal A.H.Nasution yang sudah menggabungkan diri ke Kostrad, sempat berkata, "Jij mau bikin tweede Mapanget, ya?" Nasution rupanya teringat kisah sukses Sarwo Edhie dan pasukannya ketika membebaskan lapangan terbang Mapanget di Manado, Sulawesi Utara, dari tangan pemberontak Permesta 1958. Akankah terjadi Mapanget kedua?

Tapi nyatanya Halim bukan Mapanget. Tak ada pertempuran seru di sini. Sekitar pukul enam pagi, 2 Oktober itu, Mayor C.I. Santosa, Komandan Batalyon RPKAD yang memimpin penyerbuan Halim, memberi komando. Lima belas menit kemudian, semua sasaran penting di pangkalan itu sudah diduduki. "Tidak ada perlawanan dan Omar Dhani sudah lari duluan," ujar Sarwo Edhie, yang kini sudah pensiun, kepada TEMPO.

"Kami tak perlu menembak. Cukup dilempari dengan baret merah saja mereka sudah keder duluan," ujar C.I. Santosa, 58 tahun,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?