Barangkali Keris Itu Tak Perlu Lagi
Edisi: 34/18 / Tanggal : 1988-10-22 / Halaman : 25 / Rubrik : NAS / Penulis :
TIGA Hamengku Buwono semuanya wafat di bulan Oktober, tapi ketiganya berbeda dalam memilih pengganti. Hamengku Buwono I, yang mangkat dalam usia di atas 70-an, sudah lama menyiapkan seorang putra mahkota. HB VIII tak tampak mempersiapkan apa-apa. Tapi tiga hari sebelum wafat dalam usia 61 setelah bertakhta sekitar 18 tahun -- ia menyerahkan tanda pergantian kekuasaan: keris pusaka Kiai Joko Piturun, kepada putranya, yang kelak bergelar HB IX.
HB IX, wafat 3 Oktober lalu, lain lagi. Selain tak menunjuk putra mahkota ia juga tak menyerahkan Kiai Joko Piturun kepada siapa pun.
Ada cerita bahwa sudah lama Sri Sultan berniat mengundurkan diri. Katanya, ia ingin beristirahat di Kedaton Swarna Bhumi di Bogor dengan gelar Ki Ageng Sepuh, gelar yang dipilihnya sendiri.
Dan mungkin Sultan punya alasan untuk tidak menyerahkan Kiai Joko Piturun kepada salah seorang pangeran putranya. Karena ia tak punya permaisuri, kelima istri dan 22 anaknya -- 14 di antaranya lelaki -- dianggapnya sama. Kesimpulan Ki Juru Permono, seorang yang dianggap sebagai "penasihat spiritual" Sri Sultan itu, "Beliau berusaha bersikap adil."
Menurut Ki Juru Permono, keris Kiai Joko Piturun mungkin sudah mukso, menghilang, menjelma dalam wujud yang lain. Sebab, tiga hari sebelum Sri Sultan wafat, pada pukul 02.30 dinihari, Ki Juru menerima apa yang dianggapnya semacam wangsit. Seorang berpakaian kesatria Mataram dinihari itu datang kepadanya dan berkata, "Upayakno Kiai Joko Piturun (Usahakan 'mencari' Joko Piturun)."
Ki Juru kaget. Sebab, keris pusaka itu masih disimpan di keraton. "Jangan-jangan Kiai Joko Piturun sudah mukso," pikirnya waktu itu, sebagaimana dikisahkan kembali kepada TEMPO. Akhirnya Ki Juru, yang kini 70 tahun itu, menafsirkan mukso-nya Kiai Joko Piturun sesuai dengan tuntutan zaman. Katanya, "Musyawarah keluarga yang akan memutuskan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?