Seorang Negarawan Yang Arief
Edisi: 50/22 / Tanggal : 1993-02-13 / Halaman : 85 / Rubrik : OBI / Penulis : BSH
TAK banyak orang mampu memutuskan pilihan strategis secara demokratis dan terhormat. Mohammad Natsir, yang wafat Sabtu siang lalu dalam usia 84 tahun, termasuk di antara sedikit orang itu. Di akhir hanyatnya, Mohammad Natsir dikenal sebagai ulama besar, ketua Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia. Jenazah bapak empat anak dan kakek 15 cucu ini Minggu pagi lalu dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet, Jakarta Pusat.
Salah satu jasa Natsir yang monumental ialah perjuangannya membidani kelahiran kembali negara kesatuan RI. Berkat mosi integralnya, Natsir berhasil menyatukan kembali negara dan wilayah Tanah Air -- yang semula dipecah-pecah Belanda menjadi 15 negara bagian dalam Republik Indonesia Serikat.
Ketika RIS terbentuk pada pertengahan 1949, lima bulan kemudian -- sebagai keputusan Konperensi Meja Bundar -- Belanda mengakui RIS, dan selanjutnya mengikatnya dalam Uni Indonesia-Belanda. Ketika itulah Natsir diminta Wakil Presiden Moh. Hatta menjadi perdana menteri RI. Ia menolak, karena ketika itu RI pun hanyalah salah satu negara bagian. Ia lebih suka sebagai ketua Fraksi Masyumi.
Dalam tubuh RIS sendiri terjadi pergolakan:…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…