Salat, Setelah Antiklimaks Itu

Edisi: 03/18 / Tanggal : 1988-03-19 / Halaman : 88 / Rubrik : AG / Penulis :


MUHAMMAD telah naik ke langit tertinggi, lalu ke bumi lagi. Demi Allah, seandainya aku yang mencapai tempat itu, aku tidak akan kembali lagi." Kalimat ini diucapkan Abdul Quddus, sufi asal Ganggoh, dalam konteks mikrajnya Nabi Muhammad saw.

Tahun ini Isra-Mikraj diperingati pada 16 Maret. Sejarah mencatat, Nabi turun lagi ke Mekah, karena beliau bukan melulu seperti seorang sufi yang hanya memimpikan bertemu dengan Tuhan. Ia adalah Rasul, pemimpin, ahli rekayasa sosial, negarawan. Ia membawa misi, yang dalam kalimat Iqbal, penyair besar Pakistan, "Kembali untuk menyisipkan diri ke dalam kancah zaman."

Isra-Mikraj membawa misi-misi itu, antara lain yang sangat penting adalah perintah salat lima waktu. Itu secara garis besar terangkum dalam Quran, di surat al-lsra' (Perialanan Malam Hari) dan di surat an-Najm (Bintang). Tapi rinciannya, dalam pelbagai kitab, ditulis para ulama berdasar hadis Nabi yang sampai pada mereka.

Kisah itu di suatu malam yang indah. Nabi terbang, naik Buraq, dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, Palestina. Setelah itu, Nabi terus ke atas, menembus lapis-lapis langit, ke Singgasana Allah, Azza qloa Jalla. Dalam seluruh perjalanan, menurut riwayat, ada puluhan amsal untuk menjadi simbol bagi umat Muhammad saw.

Dan sebuah kisah populer melukiskan, pada awalnya seolah Nabi menerima perintah salat 50 kali sehari semalam. Nabi Musa, yang dijumpai Muhammad saw berkali-kali dalam penerbangan ulang-alik itu menyarankan agar beliau memohon "keringanan" dari Tuhan. Dispensasi itu dikabulkan. Dan kini umat Islam "hanya" wajib salat lima kali dalam sehari semalam.

"Ini jelas disebut dalam berbagai kitab hadis seperti Bukhari dan Muslim," kata K.H. Yunan Nasution, 74 tahun. Ia Ketua Dewan Dakwah Islamiah Indonesia. Dispensasi itu, tambah Yunan, "bermakna bahwa Allah tak ingin membebani umat manusia. Dan kejelasan soal waktu salat itu justru baru diperoleh Nabi sehabis mikraj."

Menurut Ketua Umum Yayasan Pesantren Al-Azhar Jakarta ini, sebelumnya Nabi hanya salat dua kali sehari, pagi dan sore. "Tradisi itu kebiasaan dari agama sebelumnya, dengan tetap menghadap ke Masjid Aqsa sebagai kiblat. Setelah hijrah ke Madinah, ketika di Masjid Qiblatayn, Nabi diperintah oleh Allah supaya…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16

Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…

S
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05

Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…

S
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05

Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…