Ia Tak Berani Menatap Hakim
Edisi: 08/18 / Tanggal : 1988-04-23 / Halaman : 25 / Rubrik : NAS / Penulis :
DI bawah tatapan mata hakim dan jaksa, Slamet Suradio, 49 tahun, tampak gentar. Wajahnya pucat, tangannya gemetar. Suaranya parau-tersendat. Sesekali, dia memberanikan diri menatap para penegak hukum itu, lalu cepat-cepat merunduk kembali Pegawai PJKA itu, Selasa pekan lalu, dihadapkan sebagai terdakwa pada peristiwa tabrakan kereta api di Bintaro, Jakarta Selatan, 19 Oktober tahun silam.
Pada persidangan pertama itu, Slamet urung didampingi pengacara dari LBH Jakarta. Sebagai gantinya, muncul pembela dari Biro Hukum PJKA sendiri. "Dulunya saya minta LBH, tapi saya disuruh mencabutnya karena mau dibela oleh PJKA sendiri," ujar Slamet.
Hari itu Slamet tampil sebagai terdakwa bersama tiga kawan sejawatnya,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?