Bukan Karena Idulfitri, Bukan ?

Edisi: 12/18 / Tanggal : 1988-05-21 / Halaman : 76 / Rubrik : AG / Penulis :


ADEGAN pertama: subuh itu lembap. Semalam gerimis. Azan bergema dari pengeras suara. Para wanita bertelekung putih beriringan menuju ke satu titik. Masjid.

Jika mereka nampak cerah, riang, lega, dan seperti mengharap, itu karena satu sebab: sebentar lagi puasa berakhir, lalu sebentar takbir juga bertalu. Kemudian, semua lebur dalam satu kata: maaf.

Adegan kedua: subuh itu pula, ketika Lebaran kurang seminggu, seorang ibu dan dua anaknya melintas di daerah Rawamangun, Jakarta. Mereka berpapasan dengan orang-orang yang pergi ke masjid. Tidak ada sajadah yang mereka bawa. Gantmya goni kosong tersampir dl pundak. Juga batang besi pengungkit, ujungnya runcing melengkung, di genggamannya. Sebentar mereka berjalan, sebentar berhenti, melongok deretan bak sampah dl depan setiap rumah.

Seorang anak berjalan mendahului, membuka seng penutup sebuah bak sampah. Seekor tikus got (yang kucing pun bisa takut) berlari menghindar. Anjing menggonggong di balik pagar. Anak itu tak peduli. Ia mengais-ngais tumpukan sampah. "Mak, sini, Mak!" teriak si anak. Beberapa kaleng bekas segera hilang ditelan goni. Mereka tidak ingin didahului tukang sampah. Tak ingin kalah cepat dengan pengumpul barang bekas lain yang punya gerobak, di antaranya ada yang ditulisi, "Oh, Tuhan, mengapa hidupku selalu menderita."

Adegan ketiga: jauh dari tikus got, kaleng bekas dan gerobak sampah, di tempat yang rapi-bersih dengan lampu terang-benderang, satu jamuan "buka puasa bersama" diselenggarakan. Para tamu terhormat datang ke rumah itu. Lalu dengan wajah sungguh-sungguh Menteri Emil Salim berkata, "Kalau semua orang Islam membayar zakat, tidak akan ada orang miskin."

Jika semua orang Islam bayar zakat? Tentu. Setidaknya masih lebih banyak umat percaya tentang itu, ketimbang yang tidak. Dan itu bukan semata karena Quran menyatakan: Tegakkan salat, bayarkan zakat. Tapi paling kurang masih banyak kaum fakir, kaum peminta-minta, kaum si ibu yang di pagi buta itu mengais sampah, mengharap sepeser bagian di Idulfitri.

Seperti serempak sadar bahwa sekarang saat yang tepat bicara soal zakat, topik ini lalu jadi pemikiran umat dan didiskusikan di banyak lembaga. Tanpa digerakkan,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16

Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…

S
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05

Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…

S
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05

Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…