Anak Pemungut Puntung Boleh Masuk
Edisi: 14/18 / Tanggal : 1988-06-04 / Halaman : 22 / Rubrik : NAS / Penulis :
GAGASAN Menhankam L.B. Moerdani untuk mendirikan sebuah pusat pendidikan khusus prauniversitas untuk mempersiapkan calon pemlmpm bangsa masih ramai diperbincangkan. Banyak yang mendukung, namun ada Juga yang meragukan. Untuk lebih memperjelas permasalahannya, pekan lalu Susanto Pudjomartono dari TEMPO menemui Menhankam L.B. Moerdani. Berikut petikan wawancara tesebut:
Bagaimana riwayat lahirnya ide tersebut?
Ide itu sudah ada sejak pertengahan 1970-an. Waktu itu saya baru pulang setelah sekitar sembilan tahun di luar negeri. Setelah melihat keadaan sehari-hari di sini, saya banyak merenung tentang kualitas manusia Indonesia. Gagasan itu kemudian saya rundingkan dengan beberapa teman, antara lain Pak Daoed Joesoef, yang waktu itu belum menjabat Menteri P & K.
Gagasan itu terus menggelinding, menggelinding, sampai Seminar ABRI tahun 1986. Waktu itu saya menjabat Pangab. Di situlah beberapa permasalahan diidentifikasikan, lalu dipikirkan terobosan-terobosannya, juga pengorganisasiannya.
Waktu itu saya sudah bisa lebih jelas melihat permasalahannya.
Apa dasar dari ide itu?
Saya khawatir bahwa mutu manusia kita, kalau tidak diperhatikan betul-betul, bisa meluntur. Ini bukan berarti sayamenyepelekan yang ada. Saya bicara ini mengenai 25 atau 30 tahun mendatang. Saya bicara mengenai semangat. Saya bicara mengenai kejuangan. Saya berpikir mengenai hal kemampuan dan sebagainya. Salah satu contoh: sekarang ini banyak calon taruna Akabri yang harus dikerek.
Lalu?
Lalu sampailah pada waktu saya mulai diundang oleh Taman Siswa. Itu terjadi sekitar tahun 1985. Sebetulnya saya sudah berkecimpung dengan orang-orang Taman Siswa lebih lama dari itu. Ini lembaga pendidikan nasional yang tertua. Bukan berarti saya mengesampingkan lembaga pendidikan lain seperti Tarakanita, Pangudi Luhur, atau Al Azhar. Taman Siswa itu lembaga yang baik untuk mencetak pemimpin. Dan itu sudah terbukti:
Waktu omong-omong, beliau-beliau yang di sana itu sependapat dengan pemikiran saya. Lalu gagasan itu dikembangkan. Kira-kira begini. Salah satu cara meningkatkan kualitas manusia kita adalah lewat suatu pendidikan prauniversitas, SMP sampai SMA, atau SMA saja, atau SMA plus. Itu terserah. Mereka yang masuk dipilih dengan persyaratan tertentu.
Persyaratan apa?
Siapa saja bisa mendaftar. Tapi secara sempit, ya, yang IQ-nya tinggi, gitu saja. Mereka itu masuk pada umur 13, 14, 15 tahun. Mereka diasramakan, seperti di pesantren. Di situ ditanamkan disiplin dulu.
Juga wawasan kebangsaan, cinta tanah air, budi pekerti, lalu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?