Demi Jantung, Hindari Darah Tinggi

Edisi: 15/18 / Tanggal : 1988-06-11 / Halaman : 98 / Rubrik : KSH / Penulis :

SEIRING dengan menaikan taraf hidup, meningkat pula jumlah penderita penyakit jantung koroner di Indonesia. Meski datang terbatas pada catatan di beberapa RS besar saja, para ahli cenderung beranggapan bahwa sepuluh tahun belakangan ini jumlah penderita "Penyakit modern" itu benar-benar naik.

Menurut Dr. Teguh Santoso, dari SubBagian Kardiologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, hal ini cukup memprihatinkan. "Soalnya, di negara maju sendiri, penyakit itu justru sudah menurun," kata Teguh, seusai Temu Ilmiah Perkembangan Penanggulangan Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di Aula RSCM, awal Juni lalu.

Pendapat serupa juga dikemukakan kardiolog Dr. J. Irawan Sugeng, dalam Temu Klinik yang diselenggarakan Perhimpunan Kardiologi Indonesia Cabang Jakarta Raya, akhir Mei lalu, di Hotel Hilton. Bahkan dalam Simposium Farmakoterapi Penyakit Kardiovaskuler di Jenewa, April silam, Irawan menyatakan bahwa 10-20 persen penduduk Indonesia kini menderita tekanan darah tinggi, sejenis penyakit yang erat kaitannya dengan penyakit 1antung koroner (PJK). "Padahal, sebelum Perang Dunia Kedua, banyak orang Indonesia justru mengidap tekanan darah rendah," kata sang dokter ahli, seperti dimuat sebuah publikasi belum lama ini.

Tak hanya itu. Seorang pakar dunia yang mengajar di Universitas Harvard, Framinham, dan Boston, AS, Prof. Dr. William B. Kannel, M.P.H., juga mengakui bahwa kedudukan PJK dan darah tinggi (hipertensi) di Indonesia semakin penting. Akibat modernisasi, urbanisasi dan adopsi orang Indonesia terhadap cara hidup Barat, kata Kannel, faktor risiko bagi terjadinya penyakit itu semakin banyak. Yang dimaksud "faktor…

Keywords: -

---

Foto Terkait