Langkah Astra Dan Palu Rups

Edisi: 18/18 / Tanggal : 1988-07-02 / Halaman : 83 / Rubrik : EB / Penulis :

PASAR modal Jakarta kembali menemukan gairah hidupnya. Ini gejala yang wajar, karena pasar modal bisa dikatakan sebagai tempat menggali dana yang relatif murah dibandingkan perbankan, misalnya. Perusahaan yang mencari modal di situ tak perlu menyediakan jaminan. Cukup dengan pembukuan yang baik dan menunjukkan prospek usaha yang baik, dua hal yang lazim diminta juga oleh bank-bank pemberi kredit. Kelebihan yang lain ialah modal yang bisa diperoleh di situ bisa ditarik sekaligus (100%), tidak bertahap sebagaimana meminjam dari bank.

Pertimbangan-pertimbangan itulah yang mendorong PT Astra International terjun ke bursa saham di pojok Jalan Sabang dan Merdeka Selatan itu. Pekan ini, induk perusahaan-perusahaan William Soeryadjaya itu menjual obligasi bernilai Rp 60 milyar, yang berjangka waktu 5 tahun.

Mengapa obligasi dan bukannya saham? Ketua Bapepam (Badan Pelaksana Pasar Modal) Barli Halim sendiri heran dan mempertanyakan hal itu. Sebab, obligasi untuk perusahaan swasta harus dikembalikan dalam waktu relatif singkat. Dan setiap tiga bulan perusahaan yang bersangkutan juga harus membayar bunga.

Ini beda dengan menjual saham. Tidak ada kewajiban masa pengembaliannya selain keharusan memberikan dividen minimal 10% dari nilai saham untuk dua tahun pertama (di bursa pertama). Bahkan tidak perlu membagikan dividen jika saham perusahaan dijual di bursa paralel, yang disebut OTC (over the counter).

Bursa pertama, yang dikelola Bapepam adalah pasar tempat mencari modal untuk perusahaan-perusahaan besar (Blue Chips). OTC adalah bursa yang dikelola PPUE (Persatuan Pedagang…

Keywords: -

---

Foto Terkait