Laporan Dari Sarang Mujahidin
Edisi: 24/18 / Tanggal : 1988-08-13 / Halaman : 49 / Rubrik : SEL / Penulis :
Pergolakan di Afghanistan menyuburkan para saudagar senjata di Dara. Senjata-senjata rampasan dan hasil sumbangan dari mancanegara mengalir deras di gudang-gudang mereka. Pemasoknya adalah para Mujahidin yang butuh duit. Beratus-ratus pucuk senapan otomatis dan senjata berat tergelar di setiap sudut kota itu, berpadu dengan segala macam narkotik yang dipajang bebas di etalase.
Dara, kota kecil berpenduduk sekitar 20 ribu jiwa itu, kini tumbuh sebagai salah satu pemasok senjata dan narkotik gelap terbesar di dunia. Ekstremis Sikh di India, pejuang Moro di Filipina, dan beberapa lagi, termasuk pelanggan mereka. Ke kota itulah wartawan TEMPO Praginanto berkunjung akhir Juli lalu, dan menuliskan seluruh kisah ini dari Kota Peshawar, Pakistan.
DI tengah gigitan musim panas yang kelewat nyelekit, dan hiruk pikuk pasar Kota Peshawar, saya mencari warung kabab. Hati tentu saja waswas. Apalagi kalau melihat sepeda yang bersandar di trotoar. "Semoga sepeda itu tak meledak," doa saya dalam hati. Maklum, di kota kumuh dekat perbatasan Pakistan-Afghanistan itu, pembantaian dengan menggunakan bom-bom waktu yang digantungkan di sepeda menjadi santapan sehari-hari.
Kenapa tidak menggunakan bom mobil? Bukankah teknik itu paling disukai oleh kaum teroris di mancanegara, dan maut yang ditebarkan pun jauh lebih mengerikan? Tapi, di kota kecil berpenduduk sekitar 3 juta itu, bom mobil rupanya tak efektif. Peshawar demikian padat, sehingga mobil sulit mencari tempat parkir. Selain itu, mobil merupakan barang teramat "wah", sehingga petugas intelijen Pakistan tentu gampang mengusut asal-usul mobil maut itu.
Memasang bom waktu di hotel sebenarnya lebih disukai, lantaran korban bakal sulit meloloskan diri. Hanya saja, semua penghuni hotel harus ikut menanggung risiko. Beberapa pekan lalu, sebuah hotel di pusat Kota Peshawar mendadak runtuh. Beberapa komandan lapangan Mujahidin yang tengah beristirahat di sana, setelah beberapa bulan bertempur di medan Afghanistan, tewas tercabik-cabik. Tapi sebagian besar korban -- dari 24 korban tewas -- adalah penghuni dan pegawai hotel yang tak tahu apa-apa.
Tak jelas, siapa para pelaku peledakan itu. Bisa jadi, mereka juga sesama Mujahidin. Bukan rahasia bahwa di balik perjuangan menentang pendudukan Uni Soviet, terdapat konflik tajam di antara kelompok-kelompok Mujahidin, yang kebanyakan bersumber dari sengketa wilayah kekuasaan. Sebab, di sana ada ribuan komandan lapangan Mujahidin, yang tak mengenal koordinasi satu sama lainnya. Klaim atas sebuah wilayah yang baru direbut dari tentara Soviet atau Afghanistan sering dilakukan secara sepihak, yang belum tentu diakui oleh komandan lainnya.
Tapi juga tak mustahil, peledakan-peledakan itu dilakukan oleh agen-agen dinas rahasia KHAD -- milik pemerintah Afghanistan -- atau KGB, dinas rahasia Uni Soviet. Mereka sengaja membantai jagojago perang Mujahidin di Peshawar, karena kelewat sulit melakukannya di medan tempur. Di Peshawar, jago-jago perang itu sering lengah, karena merasa lebih aman, sehingga gampang jadi sasaran bom atau peluru.
Nah, ketika saya celingak-celinguk, seorang pria setengah baya berpakaian kumuh menyapa saya dengan ramah dalam bahasa Inggris yang cukup fasih. "Hai, Mister, ada yang bisa saya bantu?" Saya jawab ringkas, "Saya mencari warung kabab." "Oke, saya tunjukkan tempat paling enak." Lalu saya diajak ke sebuah warung yang cukup bersih, jauh berbeda dengan kebanyakan warung kabab lainnya yang bau apek dan jorok. Dia menolak ketika saya tawari makan bersama. Ia pergi begitu saja.
Siang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…