Membantai Darah Daging Sendiri ; Pembunuhan Dalam Keluarga
Edisi: 24/18 / Tanggal : 1988-08-13 / Halaman : 76 / Rubrik : KRI / Penulis :
KENGERIAN dan kesedihan masih menyelimuti wajah Camah. Janda itu tak habis berpikir. Hanya dalam beberapa menit saja, suaminya, Juin, 40 tahun, dan anak perempuan satu-satunya, Ratningsih, 16 tahun, mati bersimbah darah. Ratningsih, yang akrab dipanggil Ade itu, dibabat parang ayahnya. Padahal gadis berkulit kuning, montok, dan manis itu adalah anak kesayangan Juin dan Agustus in, rencananya, akan dinikahkan dengan seorang pemuda di kampung itu.
Tragedi selepas magrib Jumat malam, 29 Juli itu, berakhir dengan gorokan parang ke leher dan perut Juin sendiri. Ia bunuh diri. Tangis dan jerit kengerian Camah, yang langsung meledak di rumah gedek berukuran 4 X 5 meter di Dusun Cisugan, Kecamatan Rancakalong, Sumedang, Jawa Barat, itu mengiringi ajal suami dan anaknya pergi meninggalkan jasadnya.
Drama di rumah Juin itu hanyalah salah satu contoh, dari meningkatnya kasus-kasus pembunuhan dalam keluarga akhirakhir ini. Pembunuh, sepertinya, tak datang mengendap-endap dari kegelapan malam di luar rumah, tapi justru muncul dari anggota keluarga sendiri, yang selama ini bisa jadi dicintai dan dikasihi oleh si korban.
Para pelaku dan korban bisa berupa antara saudara kandung, suami-istri, anak dan orangtua, atau kakek-nenek dan cucunya. Dan, tragisnya, berdasarkan laporan yang dikumpulkan wartawan TEMPO di berbagai daerah, pembunuhan dalam keluarga itu rata-rata terjadi di keluargakeluarga miskin di desa-desa, dan hanya karena soal-soal sepele -- yang kadang-kadang susah diterima akal sehat.
Contohnya drama di rumah Juin tersebut. Selepas magrib itu, Ade memasak nasi liwet. Untuk menambah selera makannya gadis itu bermaksud menggoreng ikan pindang dan ikan asin. Tapi ia tak menemukan minyak goreng. "Mak, Ade minta minyak goreng," kata gadis yang aktif di PKK Dusun itu.
Tapi ibu beranak lima bertubuh kecil kurus itu menyahut, "Tak ada, Nak, habis." Mendengar jawaban itu, Juin yang seharian baru pulang mencari kayu bakar menyahut "Beli, sana!" Ibu berumur 36 tahun -- dan maaf, berkaki cacat -- itu berusaha membantah. Soalnya, warung jauh dari rumahnya sementara hari telah malam dan desa itu belum berlistrik.
Bantahan Camah itulah yang mengundang bencana. Juin naik pitam. "Usahakan! Usahakan!" bentaknya. Toh, istrinya tetap menjawab, "Usahakan apa lagi, Pak." Kontan saja, ayah yang hendak memenuhi selera makan anak kesayangannya itu hilang kesabaran. Leher Camah dicengkeramnya dan bininya itu dilemparkannya ke luar rumah. Camah terempas dan kesakitan.
Tapi lelaki bertubuh kekar itu belum puas. Parang perajang tembakau, yang terselip di gedek rumahnya, dicabut. Ia memburu Camah. Melihat bahaya mengancam ibunya, Ade nekat menghadang ayahnya. Entah kenapa parang itu beralih ke perut Ade. Lambung gadis itu terkuak. Gadis itu menjerit kesakitan dan terkapar di tempat itu. Mati.
Anak kedua Juin, Suhayat, yang baru lulus SD, berteriak melihat kakaknya terbunuh dengan mengerikan. Juin seperti tersadar apa yang baru saja dilakukannya. Anak gadisnya telah mati. Keputusannya ternyata ingin menyusul anaknya. Parang itu dogorokkan ke lehernya sendiri, disusul tusukan ke perut berkali-kali. Ia pun tewas.
Agaknya, tragedi Juin, yang tak bisa pegang kontrol, tak lepas dari keadaan ekonomi rumah tangga keluarga itu yang morat-marit. Tapi tak hanya kesulitan hidup yang membuat orang gampang menghabisi anggota keluarganya. Perceraian ternyata mempunyai andil besar membuat orang gampang kalap sehingga kehilangan kontrol -- ingat kasus Machtino yang membunuh anaknya, Arie Hanggara. Muslih Pasaribu, 43 tahun, contoh berikutnya.
Ayah dua orang anak itu, Sabtu, 2 juli…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Genta Kematian di Siraituruk
1994-05-14Bentrokan antara kelompok hkbp pimpinan s.a.e. nabanan dan p.w.t. simanjuntak berlanjut di porsea. seorang polisi…
Si Pendiam Itu Tewas di Hutan
1994-05-14Kedua kuping dan mata polisi kehutanan itu dihilangkan. kulit kepalanya dikupas. berkaitan dengan pencurian kayu…
KEBRUTALAN DI TENGAH KITA ; Mengapa Amuk Ramai-Ramai
1994-04-16Kebrutalan massa makin meningkat erat kaitannya dengan masalah sosial dewasa ini. diskusi apa penyebab dan…